Hal yang lebih mencengangkan lagi adalah tarif yang diberlakukan oleh nenek tersebut, yakni mulai dari Rp 4 ribu.
Harga yang begitu murah untuk layanan prostitusi anak ini mengundang kecaman dan keprihatinan dari berbagai pihak.
Kisah yang diungkapkan oleh Dewi Inong Inara ini tentu saja mengejutkan dan mengguncang masyarakat.
Baca juga: Ciri Khas Penyakit Sifilis: Riwayat Seks Lebih dari Satu Orang & Ada Benjolan Tak Timbulkan Nyeri
Hal ini menunjukkan betapa parahnya eksploitasi seksual yang terjadi di tengah-tengah kita, bahkan melibatkan lansia yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan perhatian khusus.
Keberanian Dewi Inong Inara dalam mengungkapkan kisah ini patut diapresiasi, karena dapat menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya penanganan dan pencegahan eksploitasi seksual terhadap anak-anak.
Kasus ini seharusnya menjadi panggilan bagi seluruh elemen masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait untuk bertindak tegas dan bersama-sama melawan kejahatan ini.
Pemerintah perlu meningkatkan upaya dalam penegakan hukum terhadap pelaku perdagangan manusia, termasuk perdagangan seksual anak.
Sistem penegakan hukum yang kuat dan efektif diperlukan untuk memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku dan mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan.
Selain itu, pendekatan yang holistik dan komprehensif perlu dilakukan untuk menangani akar permasalahan ini.
Edukasi tentang seksualitas yang sehat dan aman harus diberikan kepada anak-anak sejak dini, baik di keluarga maupun di sekolah.
Baca juga: TIKET Pertandingan Malaysia di FIFA Matchday Sepi Peminat, Beda dengan Timnas Indonesia vs Argentina
"Oh ya itu ada loh nenek-nenek jualan miss V nya ya,
Karena kan buat orang dewasa udah nggak laku karena udah kendor gitu umur 70 an buat anak SD, untuk uang 4 ribu," ucapnya.
“Rp 4 ribu bayar oh my god, nenek-nenek umur 70 an jadi wanita tuna Susila karena mereka nggak ada siapa yang mengurus.
Oh my god ini pemda DKI perlu nonton," timpal lawan bicaranya.
“Bukan hanya DKI tempat lain DKI udah ada pendampingan di rumah lansia kita kemarin saya juga kan saya juga di kelompok studi demitologi griatry Indonesia.
Itu ada diambilin mereka terus ditaruh di situ.
Kasih makan yakan," timpal sang dokter.
“Itu anak SD dateng gitu dok- kan, beneran anak SD itu dok?” tanya lawan bicara dokter Inong Inara.
“Iya kan pasti yang daerah situ kan menengah bawah tadi, yang keluarganya nggak sejahtera itu yang mereka kebingungnan kan mau cari apa enak apa nih cintanya ayah ibunya nggak ada ayah ibunya kerja melulu ibunya karena duit kurang," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, dokter Inong Inara menjelaskan adanya sejumlah perilaku sex menyimpang dari masyarakat mulai dari hubungan sejenis hingga nenek-nenek berusia 70 tahun menjajakan diri untuk anak-anak SD.
Menimbulkan sejumlah penyakit kelamin hingga degradasi moral anak muda dibawah umur.
Faktor lingkungan dan pola pengasuhan kedua orang tua menjadi salah satu hal yang turut berperan dalam terjadinya kasus menyimpang tersebut.
(TribunJabar.id/ Dian Hendriansyah) (TribunHealth.com/PP)