Trend dan Viral

3 Bocah di Bawah Umur Ditipu, Tergirur Kerja di Cafe, Kini Jadi Korban Perdagangan Orang hingga PSK

Penulis: Putri Pramestia
Editor: Putri Pramestia
3 Bocah di Bawah Umur Ditipu, Tergirur Kerja di Cafe, Kini Jadi Korban Perdagangan Orang hingga PSK

TRIBUNHEALTH.COM - Tiga bocah di bawah umur bernasib malang lantaran tergur kerja di cafe dengan gaji yang tinggi, kini justru jadi PSK.

Niat awal bekerja di sebuah cafe di Bekasi untuk mencari uang, malah harus melayani pria hidung belang.

Mereka merupakan korban dari perdagangan orang.

Ketiga korban tersebut ialah Amr (13), Anf (12), dan Adf (13).

Mulanya mereka ditawari oleh pelaku Ids (25) bekerja di salah satu cafe di Bekasi, Jawa Barat pada 10 februari 2023 dengan gaji sebesar Rp 500 ribu.

Sayangnya, korban sama sekali tidak diberi upah apapun.

Justru korban terjebak dalam pekerjaan yang tak mereka inginkan.

Seperti apa kronologinya dan bagaimana nasib pelaku serta korban?

3 Bocah di Bawah Umur Ditipu, Tergirur Kerja di Cafe, Kini Jadi Korban Perdagangan Orang hingga PSK (newsmaker.tribunnews.com)

Baca juga: Remaja Anak Jalanan Usia 17 Tahun Nekat Bakar Diri di Pologadung, Kini Alami Luka Bakar 50 Persen

Melansir dari laman Tribunnewsmaker.com, toga orang perempuan di bawah umur asal Kota Sukabumi menjadi korban tindak pidana erdagangan orang (TPPO).

Mereka menyepakati kontrak kerja. Setelah disepakati dan siap bekerja di tempat yang ditawarkan, tiga anak di bawah umut itu tidak diperkerjakan di tempat awal yang disepakati.

"Dari tiga laporan, satu perkara terdapat tiga orang korban masih di bawah umur asal Kota Sukabumi," ujar Kapolres Sukabumi Kota AKBP Ari Setyawan Wibowo kepada Tribunjabar.id, Jumat (9/6/2023).

"Setelah ikut ke Bekasi, mereka tidak dipekerjakan di kafe tersebut, tapi di panti pijat plus-plus," tutur Ari.

Ari mengatakan, pekerjaan pijat plus-plus itu bertarif Rp 500 ribu dari satu pelanggannya.

Namun, hasil dari pijat plus-plusnya, ketiga korban tersebut sama sekali tidak mendapatkan gajinya.

Baca juga: Mahasiswa Balas Dendam Jadi Penipu Tiket Konser Coldplay, Dulu Ketipu Tiket Konser BLACKPINK

"Dari hasil pijatnya, ketiga korban tidak mendapatkan upah dari pijatnya hingga sekarang," ucapnya.

Dalam kasus tersebut polisi menangkap pelaku IDS, sedangkan pelaku utama yang mempekerjakanya masih dalam pengejaran.

"Satu orang pelaku Nina alias Bunda masih dalam pengejaran," kata Ari.

Kepada tersangka IDS, Polisi menjerat pasal berlapis yakni pasal 2, pasal 17 dan pasal 10, UU RI No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.

Kemudian pasal 76F JO pasal 83 UU RI No.35 tahun 2014 atas perubahan UURI No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Ancaman penjara paling lama 15 tahun dan denda sebersar 60 hingga 300 juta rupiah.

3 Bocah di Bawah Umur Ditipu, Tergirur Kerja di Cafe, Kini Jadi Korban Perdagangan Orang hingga PSK (newsmaker.tribunnews.com)

BERITA LAINNYA, ASTAGHFIRULLAH! Nenek 70 Tahun Nekat Jadi PSK Demi Makan, Tarif Kencan Rp 4000, Pelanggan Bocah SD

ASTGHFIRULLAH! nenek- nenek 70 tahun nekat menjual diri demi menyambung hidup.

Nenek yang rela menjual dirinya demi makan ini membuka tarif sekali kencan Rp 4000 ribu.

Lebih membuat kaget saat tahu jika pelanggannya bocah SD.

Pengalaman pilu ini diungkap oleh seseorang dokter yang sempat tinggal di kota terpencil.

Baca juga: Apakah Injeksi Glutathione Bagus dan Disarankan? Dokter Sebut Lebih Bagus Glutathione Minum

Dokter yang mendengar kisah nenek tersebut mengaku sangat syok.

Bahkan ia juga heran sang nenek nekat melakukan perbuatan keji tersebut.

Lantas, seperti apa kisahnya?

Kisah pilu dialami seorang nenek-nenek berusia 70 tahun terpaksa menjadi PSK untuk menyambung hidupnya dengan ongkos 4 ribu rupiah.

Yang lebih memilukan lagi adalah pelanggannya yang masih duduk di bangku sekolah dasar alia SD.

Lalu sebagai pihak terkait apakah tidak merasa berdosa atas kejadian ini?

Kisah ini diceritakan oleh dokter Dewi Inong Inara dan menjadi perbincangan hangat di media sosial belakangan ini.

Ia mengaku telah mewancarai sang nenek, dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Macan Idealis,

Di mana ia mengungkapkan cerita mengejutkan tentang seorang nenek berusia 70 tahun yang terpaksa menjadi pekerja seks komersial (PSK) demi mendapatkan Rp 4 ribu.

Dalam wawancara tersebut, Dewi Inong Inara, seorang dokter, menceritakan pengalaman pribadinya dalam merawat pasien yang menderita HIV.

Baca juga: Sudah 17 Tahun Berlalu Medina Kamil & Kru Jejak Petualang Terdampar di Papua, Kameraman Belum Ketemu

Ia menjelaskan bahwa pasien tersebut terinfeksi HIV karena memiliki kebiasaan yang tidak senonoh dengan orang-orang tuna susila.

Dewi Inong Inara kemudian melanjutkan ceritanya dengan merujuk pada lokasi di Jakarta Timur di mana aktivitas tersebut sering terjadi.

Ia mengundang lawan bicaranya untuk mengunjungi tempat tersebut, namun dengan berhati-hati untuk tidak menyebutkan nama taman tersebut di hadapan kamera.

Cerita yang lebih mengejutkan muncul saat Dewi Inong Inara menceritakan pengalamannya bertemu dengan seorang lansia berusia 70 tahun di Jakarta.

Nenek tersebut mengungkapkan bahwa ia masih menjual diri sebagai pekerja seksual, dan yang menjadi pelanggannya bukanlah orang dewasa, melainkan anak-anak sekolah dasar.

Hal yang lebih mencengangkan lagi adalah tarif yang diberlakukan oleh nenek tersebut, yakni mulai dari Rp 4 ribu.

Harga yang begitu murah untuk layanan prostitusi anak ini mengundang kecaman dan keprihatinan dari berbagai pihak.

Kisah yang diungkapkan oleh Dewi Inong Inara ini tentu saja mengejutkan dan mengguncang masyarakat.

Baca juga: Ciri Khas Penyakit Sifilis: Riwayat Seks Lebih dari Satu Orang & Ada Benjolan Tak Timbulkan Nyeri

Hal ini menunjukkan betapa parahnya eksploitasi seksual yang terjadi di tengah-tengah kita, bahkan melibatkan lansia yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan perhatian khusus.

Keberanian Dewi Inong Inara dalam mengungkapkan kisah ini patut diapresiasi, karena dapat menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya penanganan dan pencegahan eksploitasi seksual terhadap anak-anak.

Kasus ini seharusnya menjadi panggilan bagi seluruh elemen masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait untuk bertindak tegas dan bersama-sama melawan kejahatan ini.

Pemerintah perlu meningkatkan upaya dalam penegakan hukum terhadap pelaku perdagangan manusia, termasuk perdagangan seksual anak.

Sistem penegakan hukum yang kuat dan efektif diperlukan untuk memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku dan mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan.

Selain itu, pendekatan yang holistik dan komprehensif perlu dilakukan untuk menangani akar permasalahan ini.

Edukasi tentang seksualitas yang sehat dan aman harus diberikan kepada anak-anak sejak dini, baik di keluarga maupun di sekolah.

Baca juga: TIKET Pertandingan Malaysia di FIFA Matchday Sepi Peminat, Beda dengan Timnas Indonesia vs Argentina

"Oh ya itu ada loh nenek-nenek jualan miss V nya ya,

Karena kan buat orang dewasa udah nggak laku karena udah kendor gitu umur 70 an buat anak SD, untuk uang 4 ribu," ucapnya.

“Rp 4 ribu bayar oh my god, nenek-nenek umur 70 an jadi wanita tuna Susila karena mereka nggak ada siapa yang mengurus.

Oh my god ini pemda DKI perlu nonton," timpal lawan bicaranya.

“Bukan hanya DKI tempat lain DKI udah ada pendampingan di rumah lansia kita kemarin saya juga kan saya juga di kelompok studi demitologi griatry Indonesia.

Itu ada diambilin mereka terus ditaruh di situ.

Kasih makan yakan," timpal sang dokter.

“Itu anak SD dateng gitu dok- kan, beneran anak SD itu dok?” tanya lawan bicara dokter Inong Inara.

“Iya kan pasti yang daerah situ kan menengah bawah tadi, yang keluarganya nggak sejahtera itu yang mereka kebingungnan kan mau cari apa enak apa nih cintanya ayah ibunya nggak ada ayah ibunya kerja melulu ibunya karena duit kurang," jelasnya.

Dalam kesempatan itu, dokter Inong Inara menjelaskan adanya sejumlah perilaku sex menyimpang dari masyarakat mulai dari hubungan sejenis hingga nenek-nenek berusia 70 tahun menjajakan diri untuk anak-anak SD.

Menimbulkan sejumlah penyakit kelamin hingga degradasi moral anak muda dibawah umur.

Faktor lingkungan dan pola pengasuhan kedua orang tua menjadi salah satu hal yang turut berperan dalam terjadinya kasus menyimpang tersebut.

(TribunJabar.id/ Dian Hendriansyah) (TribunHealth.com/PP)