TRIBUNHEALTH.COM - Sosial media kembali dihebohkan dengan kisah seorang wanita bernama Bu Siti yang melakukan poliandri alias memiliki suami lebih dari satu.
Diketahui jika Bu Siti tinggal seatap dengan dua suaminya yang bernama Somad dan Abdul tanpa adanya rasa cemburu satu sama lain.
Kadangkala Somad dan Abdul merasa ingin mengakhiri hubungan tersebut.
Baca juga: Infeksi Jamur Rongga Mulut Jarang Timbulkan Rasa Sakit, Ini Prevalensi Kejadiannya di Indonesia
Akan tetapi, anehnya rasa cinta kembali muncul setiap bertemu Bu Siti.
Bu Siti pun membagikan resep keharmonisan keluarganya.
Kisah Bu Siti yang tinggal serumah dengan dua suaminya alias poliandri membuat publik heboh.
Baca juga: Mantan Komisaris Polisi Asal Klaten Tak Malu Banting Stir Jadi Petani Cabai: Karena Hasilnya Lumayan
Publik menuding praktik poliandri Bu Siti dan kedua suaminya ini telah mencoreng nama agama Islam.
Dikutip Tribunhealth.com dari laman TribunTrends.com, Bu Siti dan kedua suaminya nyaris diusir warga sekitar rumah lantaran melakukan poliandri.
Video tentang kisah Bu Siti melakukan praktik poliandri ini diunggah oleh Ki Bungsu Kawangi pada tanggal 18 April 2023.
Pasalnya, Bu Siti tinggal bersama Somad dan Abdul di satu rumah dan mencari nafkah bersama.
Baca juga: drg. Zaida Dahlia Sebut Gigi Keropos Kerap Dialami Lansia, Begini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Bu Siti dan kedua suaminya memiliki usaha warung kecil-kecilan dan warung bensin eceran
Yang menarik, ketiganya hanya memiliki dua kamar tidur.
Hal ini membuat Bu Siti harus bergantian mendatangi kamar yang berbeda jika suaminya meminta jatah.
"Setiap malam bergiliran seperti itu. Salah satu sudah tidur, yang lainnya belum. Begitu," ujar Bu Siti.
"Tidak pernah (bertiga), bagaimana mungkin tidur bersama?" tambahnya.
Bu Siti dan kedua suaminya mengaku sering hampir diusir oleh warga.
Warga murka karena status poliandri mereka dan tinggal dalam satu rumah.
Baca juga: Kaesang Pangarep Ingin Meninggal Duluan dan Request Bentuk Makam, Erina Gudono Tak Sanggup Komentar
"Ada warga yang mengklaim bahwa kami mencemarkan nama kampung."
"Tapi bagaimana lagi, kami tidak memiliki tempat lain," ujar Somad.
Mereka bertiga mengakui, mereka memaksa diri untuk tinggal bersama meskipun mendapat penolakan dari warga.