TRIBUNHEALTH.COM - Wanita yang belum pernah menderita dan belum pernah merasakan gejala kanker payudara bisa melakukan usaha-usaha deteksi dini.
"Kalau di luar negeri itu karena prevalensinya lebih tinggi sebenarnya dibanding kita (Indonesia), per 100.000 wanita itu. Misalnya di Belgia itu paling tinggi," ujar dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
"Kalau di Indonesia itu relatif 44 per 100.000. Kalau mereka itu sampai 98-110 per 100.000," ucap dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk menjelaskan jika terdapat program skrining mammografi.
Skrining mammografi dilakukan guna menemukan kanker payudara pada stadium awal.
Baca juga: Apakah Boleh Memberikan Bedak Tabur untuk Mengurangi Rasa Gatal Akibat Infeksi Jamur?
Baca juga: dr. Arianti M.Sc., Sp.PD-KGH Sampaikan Beberapa Masalah yang Berkaitan dengan Saluran Cerna Bawah
"Nah itu sudah terprogram, cuman di Indonesia itu belum menjadi program. Tapi kita bisa melakukan deteksi awal," tutur dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
Apabila sudah berusia lebih dari 40 tahun dan tidak menemukan gejala kanker payudara, maka bisa melakukan pemeriksaan awal.
Pernyataan ini disampaikan oleh dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Jogja program Bincang Kesehatan edisi 07 Februari 2023.
Jika sobat sehat tinggal di daerah dan belum ada fasilitas skrining mammografi maka bisa dilakukan pemeriksaan oleh dokter atau tenaga medis.
Ketika dilakukan pemeriksaan dan ternyata dicurigai menderita kanker payudara maka bisa melakukan USG.
Itulah usaha yang bisa dilakukan guna mencegah dan deteksi awal kanker payudara.
Meskipun kanker payudara insidensinya paling banyak di antara jenis kanker lain, tetapi kalau mendapatkan terapi yang baik dan sesuai dengan tuntunan dari dokter atau rekomendasi dari rumah sakit maka angka keberhasilan terapi termasuk yang paling memuaskan atau paling tinggi.
"Jadi dia nomor satu penyebab kanker, frekuensinya paling tinggi tapi penyebab kematian nomor lima. Artinya, di antara jenis kanker itu penyebab kematian yang paling banyak masih kanker paru-paru. kanker serviks, itu lebih tinggi daripada kanker payudara," tambah dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
Apabila ada sobat sehat yang sudah sembuh dari penyakit kanker payudara dengan melakukan operasi, namun ditemukan kanker lagi, biasanya dokter akan melakukan staging.
Baca juga: Apakah Vaksin HPV Harus Diberikan Secara Berulang? dr. Theressia Handayani, M.Biomed Menjawab
Baca juga: Ini Prevalensi Kejadian Kanker Serviks di Indonesia, dr. Theressia: Setiap 1 Jam, 2 Wanita Meninggal
"Sebenarnya sebelum operasi itu juga dikonfirmasi dan staging awal. Nah setelah operasi staging patologis ya, itu nanti stadiumnya ditentukan," pungkas dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
"Kemudian selain itu, untuk kanker payudara itu mungkin meskipun namanya sama-sama kanker payudara tapi sub tipenya itu beda-beda," sambung dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
Pasalnya dokter akan mengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan setelah operasi.
Jika sudah menggunakan asuransi atau BPJS maka sudah ditanggung dalam menentukan klasifikasinya.
Setelah ditentukan klasifikasinya, dokter akan menentukan terapi yang sesuai berdasarkan stadium dan sub tipe kanker.
Pada umumnya, terdapat jenis kanker payudara yang membutuhkan operasi, seperti pada stadium 1 atau stadium 2.