TRIBUNHEALTH.COM - Biasanya pertumbuhan gigi bungsu disertai dengan nyeri yang tidak tertahankan.
Namun hal ini hanya terjadi pada beberapa orang saja.
Gigi bungsu adalah gigi geraham ketiga atau gigi geraham terakhir yang tumbuh di penghujung usia belasan tahun atau di awal usia dua puluh tahunan.
Secara umum, gigi bungsu juga bisa mengalami masalah kesehatan seperti gigi lainnya, sebagai contoh antara lain:
- Abses gigi
- Perikoronitis
- Pembusukkan gigi
- Kista atau tumor gusi
Baca juga: Psikolog Terangkan Cara Mengedukasi Seseorang yang Mengalami Gangguan Makan atau Eating Disorder
Baca juga: Kemudahan Akses adalah Salah Satu Pelayanan yang Dibutuhkan oleh Difabel, Begini Kata dr. Tika
Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati membenarkan apabila masalah gigi yang sering terjadi adalah kista folikular atau kista dentigerous.
Kista folikular merupakan kista odontogenik yang dihubungkan dengan mahkota gigi yang impaksi, embedded, tidak erupsi atau yang sedang tumbuh.
Kista ini adalah jenis kista odontogenik yang kedua paling sering terjadi, sekitar 14-24 persen dari seluruh kista rahang.
drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati menerangkan jika kondisi ini biasanya terjadi karena gigi mengalami impaksi dengan pertumbuhan yang miring kemudian terjadi infeksi yang berulang dan memicu kejadian peradangan di area tersebut dilanjutkan dengan hancurnya area tersebut sehingga memicu kejadian terbentuknya kista.
Kondisi lain yang mungkin terjadi adalah kondisi kanker atau karsinoma malignant yang juga bisa melibatkan gigi bungsu.
Anomali lain adalah apabila terjadi pertumbuhan yang tidak ideal kemudian area akarnya menekan area persyarafan.
Baca juga: Apakah Lensa Kontak yang Bertujuan untuk Fashion Aman bagi Kesehatan Mata? Ini Kata Dokter
Baca juga: Benarkah Gangguan Jiwa atau Gangguan Mental Menurun Secara Genetik? dr. Tika Prasetiawati Menanggapi
"Karena kita tahu bahwa semisal gigi bungsu pada rahang bawah atau mandibula itu biasanya kan letaknya tentu saja pada area bagian dalam. Nah itu berdekatan dengan nervus alveolus inferior," kata drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.
"Jadi dekat persyarafan darerah sini dan itu bisa pada beberapa case (kasus) semisal pertumbuhannya tidak ideal lalu menekan persyarafan. Nah ini biasanya ciri khasnya adalah rasa baal dan nyeri terus-menerus," jelas drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati dalam tayangan Sapa Dokter (11/03/2022).
Anomali kejadian impaksi diantaranya dipengaruhi oleh pertumbuhan dan bentuk dari tulang rahang.
Pertumbuhan dan bentuk tulang rahang itu terbentuk atau berlangsungnya sejak fase lahir hingga kurang lebih kita berusia sekitar 30 tahun.
Dimana pertumbuhan rahang atas umumnya lebih cepat dibanding pertumbuhan rahang bawah atau mandibula dimana pertumbuhan terpesat umumnya berlangsung pada usia 16 hingga 17 tahun.
Pertumbuhan ini biasanya akan melambat dan berhenti pertumbuhannya pada seorang pria hingga berusia 21 atau 22 tahun.
Berbeda dengan pria, apabila perempuan biasanya lebih cepat pada usia sekitar 16 hingga 20 tahun seiring dengan pertumbuhan tulang.
Baca juga: Mungkinkah Hipersensitif Dentin Terjadi pada Anak-anak? Berikut Penjelasan drg. Ummi Kalsum Sp.KG
Baca juga: Sebaiknya Pahami Risiko Terburuk Apabila Seseorang Mengalami Gangguan Makan atau Eating Disorder
"Jadi mungkin ada yang pernah punya pengalaman teman pada saat SMP atau SMA sepertinya tidak terlalu tinggi begitu ketemu saat sudah bekerja kok yang pria jauh lebih tinggi dibanding yang putri. Karena memang genetik demikian bahwa pria itu cenderung lebih lama atau lebih lambat berakhirnya," jelas drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.
Baca juga: Alasan Pentingnya Pemeriksaan Gigi Wajib Minimal 6 Bulan Sekali menurut drg R. Ngt. Anastasia Ririen
Penjelasan Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter edisi 11 Maret 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.