TRIBUNHEALTH.COM - Lemak kerap diasosiasikan dengan pertambahan berat badan yang akhirnya bisa memicu obesitas.
Jika sudah terjadi obesitas, berbagai penyakit pun lebih mudah terjadi.
Meski kerap dianggap buruk, sebenarnya lemak adalah nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi optimal.
Lemak dalam makanan membantu tubuh menyerap vitamin dan mineral dan mendukung fungsi penting lainnya.
Berikut ini adalah fakta-fakta lemak yang perlu diketahui.
Memiliki fungsi penting
Dilansir TribunHealth.com dari Medical News Today (MNT), lemak yang disimpan dalam jaringan tubuh sangat penting untuk:
- penyimpanan energi dan metabolisme
- pengaturan suhu tubuh
- isolasi organ vital.
Baca juga: 4 Nutrisi Penting dalam Ikan Salmon, Termasuk Omega 3 yang Bermanfaat Turunkan Tekanan Darah
Tingkatkan berat badan
Namun, pola makan yang terlalu banyak lemak dapat meningkatkan berat badan seiring dengan risiko penyakit kardiovaskular.
Pedoman Diet terbaru untuk orang Amerika merekomendasikan agar orang dewasa mendapatkan antara 20–35 persen kalori harian mereka dari lemak.
Namun, lemak jenuh tidak boleh lebih dari 5-6 persen dari asupan kalori harian seseorang.
Lemak jenuh tingkatkan risiko berbagai penyakit
Para peneliti telah mempelajari efek kesehatan dari lemak jenuh dan tak jenuh selama beberapa dekade.
Sebuah tinjauan ilmiah 2017 melaporkan hubungan antara orang yang memiliki penyakit jantung atau risiko masalah jantung dan mereka yang mengonsumsi lemak jenuh dalam jumlah lebih tinggi dalam makanan mereka.
Para peneliti melaporkan bahwa lemak jenuh dapat meningkatkan kadar lipoprotein densitas rendah atau LDL, atau kolesterol "jahat".
Peningkatan kolesterol LDL dalam darah dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung.
Penulis penelitian juga melaporkan bahwa mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh juga dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular (CVD).
Baca juga: 5 Makanan yang Baik untuk Turunkan Kolesterol, Mulai dari Tomat hingga Ikan
Penelitian terbaru berkata sebaliknya
Namun, penelitian terbaru telah menantang hubungan antara lemak jenuh dan penyakit jantung.
Sebuah tinjauan 2019 tidak mencatat efek signifikan dari pengurangan lemak jenuh pada risiko penyakit jantung.