Setiap antioksidan memiliki fungsi yang berbeda dan tidak dapat dipertukarkan satu sama lain.
Inilah mengapa penting untuk mengonsumsi makanan yang bervariasi.
Baca juga: Cegah Degenerasi Makula Terkait Usia dengan Kontrol Tekanan Darah hingga Jaga Asupan Antioksidan
3. Sumber makanan
Sumber antioksidan terbaik adalah makanan nabati, terutama buah-buahan dan sayuran.
Makanan yang sangat tinggi antioksidan sering disebut sebagai “makanan super” atau “makanan fungsional.”
Untuk mendapatkan beberapa antioksidan spesifik, cobalah untuk memasukkan beberapa makanan berikut dalam makanan harian.
- Vitamin A: Produk susu, telur, dan hati
- Vitamin C: Sebagian besar buah dan sayuran, terutama buah beri, jeruk, dan paprika
- Vitamin E: Kacang-kacangan dan biji-bijian, bunga matahari dan minyak nabati lainnya, dan sayuran berdaun hijau
- Beta-karoten: Buah dan sayuran berwarna cerah, seperti wortel, kacang polong, bayam, dan mangga
- Lycopene: Buah dan sayuran berwarna merah muda dan merah, termasuk tomat dan semangka
- Lutein: Sayuran berdaun hijau, jagung, pepaya, dan jeruk
- Selenium: Beras, jagung, gandum, dan biji-bijian utuh lainnya, serta kacang-kacangan, telur, keju, dan kacang polong
Makanan lain yang diyakini sebagai sumber antioksidan yang baik meliputi:
- terong
- kacang-kacangan seperti kacang hitam atau kacang merah
- teh hijau dan hitam
- anggur merah
- coklat hitam
- buah delima
- goji berry.
Baca juga: Kunyit Punya Kandungan Antiinflamasi dan Antioksidan, Bisa Lancarkan Pencernaan hingga Redakan Sakit
4. Terjadinya stres oksidatif
Aktivitas dan proses yang dapat menyebabkan stres oksidatif termasuk:
- aktivitas mitokondria
- olahraga berlebihan
- trauma jaringan, karena peradangan dan cedera
- iskemia dan kerusakan reperfusi
- konsumsi makanan tertentu, terutama makanan olahan dan olahan, lemak trans, pemanis
- buatan, dan pewarna dan aditif tertentu;
- merokok
- pencemaran lingkungan
- radiasi
- paparan bahan kimia, seperti pestisida dan obat-obatan, termasuk kemoterapi
- pelarut industri
- ozon
- aktivitas dan paparan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan sel.
Ini, pada gilirannya, dapat menyebabkan:
- pelepasan ion besi atau tembaga bebas yang berlebihan
- aktivasi fagosit, sejenis sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi
- peningkatan enzim yang menghasilkan radikal bebas
- gangguan rantai transpor elektron.
Semua ini dapat menyebabkan stres oksidatif.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)
Baca tanpa iklan