4 Fakta Menarik Seputar Antioksidan, Senyawa Bermanfaat yang Banyak Ditemukan pada Buah dan Sayur

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
Buah dan sayur mengandung banyak antioksidan

Setiap antioksidan memiliki fungsi yang berbeda dan tidak dapat dipertukarkan satu sama lain.

Inilah mengapa penting untuk mengonsumsi makanan yang bervariasi.

Baca juga: Cegah Degenerasi Makula Terkait Usia dengan Kontrol Tekanan Darah hingga Jaga Asupan Antioksidan

3. Sumber makanan

Ilustrasi susu juga mengandung antioksidan (Freepik.com)

Sumber antioksidan terbaik adalah makanan nabati, terutama buah-buahan dan sayuran.

Makanan yang sangat tinggi antioksidan sering disebut sebagai “makanan super” atau “makanan fungsional.”

Untuk mendapatkan beberapa antioksidan spesifik, cobalah untuk memasukkan beberapa makanan berikut dalam makanan harian.

  • Vitamin A: Produk susu, telur, dan hati
  • Vitamin C: Sebagian besar buah dan sayuran, terutama buah beri, jeruk, dan paprika
  • Vitamin E: Kacang-kacangan dan biji-bijian, bunga matahari dan minyak nabati lainnya, dan sayuran berdaun hijau
  • Beta-karoten: Buah dan sayuran berwarna cerah, seperti wortel, kacang polong, bayam, dan mangga
  • Lycopene: Buah dan sayuran berwarna merah muda dan merah, termasuk tomat dan semangka
  • Lutein: Sayuran berdaun hijau, jagung, pepaya, dan jeruk
  • Selenium: Beras, jagung, gandum, dan biji-bijian utuh lainnya, serta kacang-kacangan, telur, keju, dan kacang polong

Makanan lain yang diyakini sebagai sumber antioksidan yang baik meliputi:

  • terong
  • kacang-kacangan seperti kacang hitam atau kacang merah
  • teh hijau dan hitam
  • anggur merah
  • coklat hitam
  • buah delima
  • goji berry.

Baca juga: Kunyit Punya Kandungan Antiinflamasi dan Antioksidan, Bisa Lancarkan Pencernaan hingga Redakan Sakit

4. Terjadinya stres oksidatif

Asap rokok sebagai salah satu radikal bebas yang bisa sebabkan seseorang mudah alami penyakit katarak. Simak penjelasan dokter berikut ini. (Freepik.com)

Aktivitas dan proses yang dapat menyebabkan stres oksidatif termasuk:

  • aktivitas mitokondria
  • olahraga berlebihan
  • trauma jaringan, karena peradangan dan cedera
  • iskemia dan kerusakan reperfusi
  • konsumsi makanan tertentu, terutama makanan olahan dan olahan, lemak trans, pemanis
  • buatan, dan pewarna dan aditif tertentu;
  • merokok
  • pencemaran lingkungan
  • radiasi
  • paparan bahan kimia, seperti pestisida dan obat-obatan, termasuk kemoterapi
  • pelarut industri
  • ozon
  • aktivitas dan paparan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan sel.

Ini, pada gilirannya, dapat menyebabkan:

  • pelepasan ion besi atau tembaga bebas yang berlebihan
  • aktivasi fagosit, sejenis sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi
  • peningkatan enzim yang menghasilkan radikal bebas
  • gangguan rantai transpor elektron.

Semua ini dapat menyebabkan stres oksidatif.

(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)