Jika kebiasaan menghisap jari terus dilakukan sampai setelah rentang usai lebih dari 24 bulan, menunjukkan kebiasaan mulut yang buruk.
Kebiasaan anak menghisap jari apabila dilakukan masih dalam usia fase oral tidak akan membahayakan kesehatan.
Namun, jika kebiasaan terus berlanjut sampai melewati usia fase oral, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial anak.
Baca juga: 3 Cara Stop Gusi Berdarah, Jaga Kebersihan Mulut hingga Berhenti Merokok
Saat balita atau anak menghisap jari ke dalam mulut dapat menimbulkan tekanan yang tidak diinginkan pada gigi dan jaringan lunak sekitar dan memicu permasalahan gigi geligi dan rahang berupa perubahan pola pertumbuhan rahang, lengkung gigi, jaringan pendukung gigi, posisi gigi depan dan rahang tampak maju serta munculnya gigitan terbuka sehingga dibutuhkan penanganan lanjut oleh dokter gigi.
Akibat kebiasaan buruk ini dipengaruhi oleh 3 faktor antara lain :
- Durasi atau jangka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kebiasaan buruk,
- Frekuensi yang menunjukkan berapa kali dalam sehari kebiasaan buruk dilakukan
intensitas yang dinilai dari seberapa kuat kebiasaan buruk dilakukan yaitu masuk dalam kategori ringan, sedang atau berat.
Saat anak memasukkan tangan ke dalam mulutnya, akan membantu kemampuan oromotor (kemampuan mulutnya untuk mengunyah) dengan mendorong sensor lidah yang tadinya hanya aktif di bagian depan, menjadi aktif hingga pangkal lidah.
Baca juga: Tak Hanya Sebabkan Hasrat Seksual Menurun, Merosotnya Testosteron Juga Picu Berbagai Hal Berikut
Kondisi ini menjadi persiapan agar nanti saat waktunya anak makan, anak lebih mudah mengunyah makanan tanpa banyak melepeh.
Apabila menghisap jari dilakukan pada fase oral, orang tua tidak perlu melarang karena jika anak gagap mendapatkan kepuasan pada fase ini, dapat mempengaruhi kepirbadiannya secara psikologi (Freud).
Anak akan cenderung bergantung terhadap sesuatu yang berkaitan dengan mulutnya.
Contohnya, ketika dewasa bisa menjadi orang yang makan terus-menerus saat stres, hobi menggigit jari, hingga kecanduan alkohol dan merokok, dsb.
Bahkan secara psikologi, anak bisa menjadi orang yang sarkastik jika ia gagal melalui fase oral ini.
Alasan anak lebih memilih mengisap jari daripada menyusu :
Secara psikologi, lebih kepada faktor kenyamanan.
Baca juga: Kurangnya Aktivitas Fisik Berakibat Buruk untuk Kesehatan, Bisa Tingkatkan Tekanan Darah
Lakukan pemberian ASI sesering mungkin agar anak kembali menemukan sumber kenyamanan dari payudara ibu saat menyusui
Produksi ASI berkurang, menyebabkan anak menjadi kesal dan tidak sabar, sehingga menemukan sumber kenyamanan lain, termasuk dengan menghisap jari.
Hindari pemberian ASI menggunakan botol dot karena akan membuat anak bingung puting dan semakin tidak mau menyusui langsung.
Tidak ada yang lebih baik di antara menghisap jari ataupun menghisap empeng, apalagi kalau dilakukan berkepanjangan melewati batas usia fase oral.
3 faktor yang perlu diperhatikan antara lain :