Dan terlepas dari kepercayaan populer, jangan mengandalkan warna urin untuk secara akurat menunjukkan status hidrasi, kata Dr Hew-Butler.
Ya, mungkin saja urin berwarna kuning tua atau kuning kecokelatan bisa berarti tengah mengalami dehidrasi, tetapi tidak ada ilmu pengetahuan yang kuat yang menunjukkan hubungan keduanya.
Hidrasi tak hanya dengan air
Memang betul, air menjadi pilihan paling baik untuk menghidrasi tubuh.
Tapi tak berarti air menjadi satu-satunya.
Tamara Hew-Butler, memberikan penjelasan.
Sebenarnya minuman apa pun bisa menambahkan air ke sistem manusia, katanya dilansir TribunHealth.com.
Tak terkecuali beberapa minuman yang kurang sehat, seperti soda atau jus buah.
Ada anggapan lain, bahwa minum minuman dengan kafein atau alkohol akan membuat seseorang dehidrasi.
Kalau pun anggapan ini benar, efeknya bisa diabaikan, kata Dr Joel Topf.
Sebuah uji coba terkontrol secara acak pada 2016 menyimpulkan, fek menghidrasi air, bir, kopi, dan teh hampir identik.
Selain itu, beberapa makanan yang mengandung air juga bisa menghidrasi.
Makanan kaya cairan dan makanan seperti buah-buahan, sayuran, sup, dan saus semuanya berkontribusi pada asupan air.
Baca juga: Sebuah Studi Kaitkan Kebiasaan Kurang Tidur dengan Umur yang Lebih Pendek
Baca juga: Sebuah Penelitian Ungkap Dampak Sering Konsumsi Gorengan, Bisa Tingkatkan Risiko Kematian
Selain itu, proses kimia metabolisme makanan menghasilkan air sebagai produk sampingan, yang juga menambah asupan, kata Dr. Topf.
Kebutuhan air pada manusia sebenarnya berbeda satu sama lain.
Anggapan bahwa harus minum 8 gelas sehari masih terlalu umum.
Pasalnya kebutuhan sebenarnya akan bergantung pada banyak hal, misalnya saja ukuran tubuh, suhu di luar ruangan, dan seberapa keras seseorang bernapas dan berkeringat.
Karenanya, acuan untuk orang muda agar tubuh tetap terhidrasi adalah minum ketika merasa haus.
Saran ini tak berlaku untuk lansia.
Pasalnya sensasi haus bisa mengalami penurunan seiring bertambahnya usia.