TRIBUNHEALTH.COM - Gerakan Tutup Mulut atau GTM ialah istilah yang dipakai oleh para ibu ketika sang anak tidak mau makan atau mogok makan.
Pasalnya jika kondisi ini terjadi secara terus menerus akan mempengaruhi tumbuh dan kembang anak, karena kekurangan asupan gizi.
Seorang anak yang sedang bertumbuh membutuhkan makanan yang bergizi, makanan yang sehat, serta terpenuhinya kebutuhan mikronutrien dan makronutrien.
Namun terkadang pemberian asupan makanan terhambat karena anak yang susah makan hingga mogok makan.
Kondisi tersebut banyak membuat para ibu khawatir dengan kebutuhan gizi pada anaknya.
Lalu mengapa hal tersebut terjadi? Apa saja penyebabnya?
Dilansir TribunHealth.com, Dokter, Filsuf, Ahli Gizi Komunitas, Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum memberikan penjelasannya dalam tayangan YouTube Tribunnews program Malam Minggu Sehat.
Dalam penjelasannya tersebut dr. Tan menyampaikan beberapa faktor penyebab terjadinya gerakan tutup mulut pada anak.
Baca juga: Apa Itu Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada si Kecil yang Susah Makan?
1. Pola Pengasuhan orangtua dan keluarga
dr. Tan memaparkan jika banyak orangtua maupun keluarga yang mengalihkan perhatian anaknya agar anak tersebut makan dengan cepat.
Salah satu pengalihan perhatian tersebut dengan memberikan youtube atau game kepada anaknya.
Namun nyatanya hal tersebut tidaklah dibenarkan.
Anak yang diberikan youtube atau game saat makan akan berfokus pada youtube atau gamenya dibandingkan dengan makannya.
Hal ini tidak menyebabkan anak makan dengan cepat, namun memicu terjadinya gerakan tutup mulut karena anak menemukan sesuatu yang lebih asik daripada makannya.
Kondisi ini juga membuat anak menjadi rancu, apakah jam tersebut adalah jam untuk makan atau untuk bermain.
Pengaturan jadwal makan dan main untuk anak harus dibedakan agar anak terbiasa tertib dari kecil.
2. Adanya masalah sensor persepsi atau sensori integration pada anak
Masalah sensor persepsi ini maksudnya adalah anak salah dalam mempersepsikan makanannya.
Hal ini bisa terjadi saat anak salah dalam mengenal bau makan, rasa, dan juga tekstur makanan yang diberikan oleh sang ibu.
Jika sensor persepsi anak sudah salah dalam menganali makanan, maka anak juga akan susah menerima makanan tersebut.