Pemerintah Prediksi Puncak Omicron Pertengahan Februari hingga Awal Maret, Ini Langkah Antisipasinya

Penulis: Ranum Kumala Dewi
Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi mengantisipasi virus Omicron-Pemerintah memperkirakan puncak gelombang kenaikan kasus Omicron di Indonesia terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret.

Menkes menyebutkan vaksinasi booster juga akan menjadi fokus pemerintah.

Menurutnya cakupan vaksinasi booster di wilayah Jabodetak akan dikebut untuk meningkatkan dan mempertahankan kekebalan tubuh dari ancaman penularan varian Omicron.

Baca juga: Berbagai Aktivitas Paling Berisiko Tertular Covid-19, Berbelanja hingga Gunakan Angkutan Umum

"Selain prokes dan surveilans, juga dipastikan semua rakyat DKI Jakarta dan Bodetabek akan dipercepat vaksinasi boosternya."

"Agar mereka siap kalau gelombang Omicron nanti naik secara cepat dan tinggi," ujarnya.

Memastikan Ketersedian Obat

Ilustrasi obat (pixabay.com)

Berkaca dari puncak gelombang kenaikan kasus akibat varian delta pada 2021 lalu, ketersediaan obat juga menjadi fokus Kementerian Kesehatan.

Di awal tahun 2022, Kemenkes telah mendatangkan 400 ribu tablet Molnupiravir sebagai obat terapi tambahan untuk pasien Covid-19 gejala ringan.

Obat ini telah tersedia di Indonesia dan siap diproduksi dalam negeri pada April atau Mei 2022 oleh PT Amarox.

Baca juga: Amankah Olahraga Bersepeda Tanpa Menggunakan Masker saat Pandemi? Begini Penjelasan dr. Robert Sinto

Selain Molnupiravir, Kemenkes juga akan mendatangkan Paxlovid yang rencananya akan tiba pada Februari.

Obat-obat ini rencananya akan didistribusikan secara merata hingga ke apotik-apotik.

"Obat ini bukan hanya di Puskesmas maupun RS Pemerintah."

"Nantinya juga akan tersedia di apotik-apotik sesuai dengan jenisnya yakni obat yang bisa dibeli umum dan obat yang bisa didapatkan hanya dengan resep dokter," kata Menkes.

Kesiapan Rumah Sakit (RS)

Ilustrasi kondisi rumah sakit (Pixabay.com)

Lebih lanjut terkait kesiapan RS, Menkes menuturkan bahwa meski menular dengan sangat cepat, namun gejala pasien Omicron tergolong lebih ringan.

karenanya tingkat perawatan untuk pasien dengan gejala sedang maupun berat yang membutuhkan perawatan di RS, presentasenya jauh kebih rendah dibandingkan varian Delta.

Baca juga: Anak Corona Varian Delta Ini Bisa Hindari Kekebalan Tubuh, Bahaya jika Bersatu dengan Mutasi Lain

"Di negara-negara tersebut (yang mengalami puncak kenaikan kasus Omicron) hospitalisasinya antara 30%-40% dari hospitalisasi delta."

"Jadi walaupun penularan dan kenaikannya lebih cepat dan tinggi, tapi hospitalisasinya lebih rendah," ungkap Budi.

Di Indonesia, kata Menkes, juga mengalami hal serupa.

Ilustrasi pasien Covid-19 (freepik.com)

Dari total 500-an kasus konfirmasi Omicron sebagian besar gejalanya ringan, bahkan tanpa gejala.

Hanya 3 pasien yang membutuhkan oksigen tambahan.

Halaman
123