"Maka hal yang seperti ini lah yang harus dibenahi, dievaluasi lagi, kemudian dari segi cemilan juga harus dievaluasi," papar dr. Tan.
"Ternyata anak suka beli roti kekinian seperti brownis atau tiramisu, ini juga harus dibenahi."
"Jadi barangkali tiramisu dan brownis bisa diganti dengan orangtua membuatkan otak-otak atau orangtua membuatkan siomay telur."
Ketika orangtua mulai mengevalusi makanan dan cemilan anak, orangtua akan mengetahui makanan yang baik atau makanan yang harus dikurangi oleh anak.
dr. Tan menegaskan baik anak SD maupun anak di bawah usia 2 tahun, anak yang masih tumbuh kembang tidak boleh melakukan diet.
Cukup hanya mengatur pola makan anak dan makanan tersebut sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak.
Baca juga: Benarkah Diet Keto Berbahaya untuk Tubuh? Simak Penjelasan dr. Tan Shot Yen Berikut Ini
Sebab untuk tumbuh kembang, bukan hanya beratnya saja yang naik, tetapi massa tulang juga harus baik, dan otaknya juga harus terisi.
Jika pola makan anak dapat diatur dengan baik, kemudian kondisi hormon saat dia menjadi remaha memungkinkan untuk memasuki akhil baliq yang sehat.
"Jangan sampai nanti kejadian batu usia 15 tahun, baru menstruasi 2 tahun namun menstruasinya berantakan."
"Usia 15 tahun anak sudah dibawa ke dokter kandungan, karena mengalami ganggan hormon akibat kegemukan."
"Karena hal itulah, menjaga pola makan saat anak-anak harus diterapkan dengan baik, kurangi gorengan dan makanan kemaskan," jelas dr. Tan.
Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter, Filsuf, Ahli Gizi Komunitas, dr. Tan Shot Yen dalam tayangan YouTube Tribunnews program Malam Miggu Sehat pada 28 Agustus 2021.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/IR)