Tak Semua Orang Bisa Donorkan Plasma Konvalesen, dr. Theresia Monica Rahardjo Sebut Antibodi Sedikit

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi: Penyintas COVID-19 mendonorkan plasma konvalesen di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (15-6-2021). PMI Kota Surakarta melayani warga yang mendonorkan plasma konvalesen dari pagi hingga pukul 21.00 setiap harinya. Kegiatan ini merupakan langkah dari Palang merah Indonesia (PMI) untuk memenuhi ketersediaan plasma darah diseluruh daerah di Jawa Tengah.

TRIBUNHEALTH.COM - Salah satu terapi atau perawatan untuk Covid-19 adalah melalui donor plasma konvalesen.

Artinya, orang yang terpapar Covid-19 akan menerima plasma darah dari orang yang sudah sembuh.

Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan antibodi tambahan.

Namun, ternyata tak semua orang yang pernah terkena Covid-19 memiliki antibodi yang cukup.

Penjelasan ini disampaikan oleh Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo, SpAn., KIC., M.Si.,. MM., MARS ketika menjadi narasumber Diginas TribunNetwork.

"Pertama yang harus dilihat (ketika mau mendonorkan) antibodinya ada atau tidak," katanya dikutip TribunHealth.com.

Baca juga: Mengapa Hipertensi jadi Penyakit Komorbid Covid-19 yang Harus Diwaspadai? Ini Kata dr. Mustopa Sp.PD

Baca juga: Saran dr. Huthia Andriyana, Sp. OG pada Ibu Hamil yang menjadi Tenaga Medis agar Terhindar Covid-19

Seorang penyintas Covid 19 mendonorkan plasma konvalesen di Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Lampung, Jalan Sam Ratulangi, Penengahan, Tanjungkarang Barat, Jumat (25/6/2021). (TRIBUN LAMPUNG/TRIBUN LAMPUNG/Deni Saputra)

Pasalnya, ada juga orang yang sembuh dari Covid-19 tapi hanya sedikit memiliki antibodi.

"Terbentuk (antibodi) tapi sedikit," lanjutnya.

Biasanya kasus seperti ini banyak dialami oleh orang tanpa gejala atau yang bergejala ringan.

Terkait hal ini belum ada penelitian lebih lanjut.

Pada orang tanpa gejala, antibodi selulernya dalam keadaan kuat.

Itu sebabnya mereka tak menunjukkan gejala.

Karena begitu virus masuk, akan langsung mendapat perlawanan dari antibodi.

"Virusnya baru masuk, udah digebukin, mati. Jadi tidak sempat terbentuk antibodi cairannya (humoral)."

"Dugaannya begitu," tandasnya.

Baca juga: Jika Tak Bergejala, dr. S.T. Andreas Sebut Covid-19 Tak Akan Berdampak Parah pada Paru-paru Anak

Baca juga: Long Covid Sebenarnya Penyakit atau Hanya Sugesti? Simak Penjelasan dr. Adityo Susilo, Sp.PD

Ilustrasi Covid-19 - FOTO: Tenaga medis melakukan simulasi alur masuk pasien Covid-19 di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Jalan Pasteur, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (6/3/2020). Simulasi dari mulai pasien terduga Covid-19 datang ke RSHS, diperiksa di ruang Isolasi IGD, hingga dibawa ke Ruang Khusus Isolasi Kemuning tersebut, dilakukan untuk melatih kesiapan tenaga hingga sarana medis dalam menangani dan merawat pasien terduga virus corona yang masuk ke RSHS Bandung. (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

Plasma konvalesen diharapkan bisa mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi berbagai dampak negatif yang mungkin ada.

Akan tetapi, dalam kesempatan yang sama Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo, SpAn menjelaskan ada sejumlah hal yang harus diperhatikan.

Pertama adalah ada atau tidaknya penyakit komorbid.

"Kalau ada, itu lebih hati-hati."

"Apa lagi kalau ada demam yang tidak turun-turun sampai seminggu."

Halaman
12