dr. Theresia Monica Rahardjo Sebut Donor Plasma Konvalesen Bisa Dilakukan hingga 2 Kali Sebulan

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
ILUSTRASI Covid-19 -- FOTO: Pendonor plasma konvalesen menunggu hasil cek darah milik pasien sembuh COVID-19 di Unit Donor Darah (UDD) PMI DKI , Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (23/6/2021).

TRIBUNHEALTH.COM - Orang yang sembuh dari Covid-19 bisa melakukan donor plasma konvalesen.

Namun tetap ada kriteria khusus yang harus dipenuhi.

Misalnya, kadar antibodi harus dalam jumlah yang cukup.

Lalu berapa kali seseorang bisa melakukan donor?

Terkait hal ini, Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo, SpAn., KIC., M.Si.,. MM., MARS memberi penjelasan lebih lanjut.

Dalam program Diginas TribunNetwork, dia menyebut seseorang bisa mendonorkan plasma darah sebulan dua kali.

"Satu bulan dua kali, setiap 14 hari boleh mendonor plasma," katanya, dikutip TribunHealth.com.

Baca juga: Tak Semua Orang Bisa Donorkan Plasma Konvalesen, dr. Theresia Monica Rahardjo Sebut Antibodi Sedikit

Baca juga: Dokter: Pendonor Plasma Konvalesen Cenderung Miliki Antibodi yang Bertahan Lebih Lama

Seorang penyintas Covid 19 mendonorkan plasma konvalesen di Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Lampung, Jalan Sam Ratulangi, Penengahan, Tanjungkarang Barat, Jumat (25/6/2021). Dalam artikel mengulas tentang donor plasma konvalesen. (TRIBUN LAMPUNG/Deni Saputra)

Dalam sekali donor, plasma yang dihasilkan bisa dua hingga tiga kantong.

Dengan demikian, donor dari satu orang bisa untuk menyelematkan satu orang lain.

Lalu apa yang menjadi kriteria sedang?

"Pedomannya napas semenitnya berapa."

"Kalau napasnya udah mulai mampet, susah, lebih dari 20 kali per menit itu sudah salah satu indikasi mendapatkan plasma."

Apa lagi jika yang bersangkutan juga merasakan demam yang tak kunjung turun dan memiliki penyakit komorbid.

"Kapan? Satu minggu pertama kalau demam. Paling telat, tiga hari sejak napas sesak atau tidak enak," jelasnya.

Tekankan protokol kesehatan

ilustrasi anak yang memakai masker (kompas.com)

Baca juga: Peneliti Inggris Ungkap Masker yang Lebih Ampuh Tangkal Virus Corona, 100 Persen Lebih Efektif

Baca juga: Dokter Jelaskan Penggunaan Masker Dobel yang Benar, Wajib Diganti Tiap 4 Jam

Dalam kesempatan yang sama dr. Theresia Monica Rahardjo, SpAn mengingatkan pentingnya protokol kesehatan, utamanya memakai masker.

"Kita ini pakai masker bukan untuk melindungi kita aja. Kita melindungi orang-orang di sekitar kita yang mungkin lebih ngga kuat terhadap virusnya," paparnya.

Dia juga menegaskan bahwa virus corona benar-benar ada.

"Virusnya ada. Bukan tidak ada, dibikin-bikin," tandasnya.

"Cuma karena tidak bisa kelihatan dengan mata telanjang, kita kelihatannya melawan sesuatu yang tidak ada."

Baca juga: Jika Tak Bergejala, dr. S.T. Andreas Sebut Covid-19 Tak Akan Berdampak Parah pada Paru-paru Anak

Baca juga: Dokter Jelaskan Pemakaian Masker Selama Pandemi Akibatkan Jerawat dan Kulit Kusam

Lebih lanjut menjelaskan gelombang dua Covid-19, dia mengatakan kemungkinan dampaknya akan lebih besar dan lebih lama.

Karenanya, dia berpesan agar bertahan dan tetap melakukan protokol kesehatan.

"Jadi satu-satunya yang harus kita lakukan sekarang adalah bertahan," pungkasnya.

Baca berita lain tentang Covid-19 di sini.

(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)