"Bisa ada risiko untuk terjadi peningkatan, atau yang tadinya sudah mulai tenang bisa muncul lagi itu gangguan kecemasannya," paparnya.
Kendati demikian, gangguan kecemasan tidak hanya disebabkan satu faktor saja, termasuk pandemi Covid-19.
dr. Sylvana Evawani, Sp.KJ mengatakan, kecemasan disebabkan oleh multifaktor.
"Bahwa ada misalnya secara biologi, mungkin seseorang tersebut sudah punya riwayat," jelasnya.
"Kemudian dia punya temperamen, artinya dia punya karakter untuk lebih mudah merasa cemas."
"Itu kemudian dikombinasikan tadi dengan faktor-faktor risiko lainnya."
Baca juga: Mengapa Saya Sering Overthinking dan Cemas Berlebihan? Berikut Jawaban Psikolog
Baca juga: Cemas Menghadapi Vaksinasi? Simak Tips Berikut untuk Mengatasinya
Termasuk faktor sosial yang berhubungan dengan budaya.
Sebagaimana diketahui, ada budaya-budaya tertentu yang mendorong untuk lebih merasa malu.
Hal seperti ini tentu juga berpengaruh terhadap kecemasan.
Ketika merasa kecemasan yang dialami sudah mengganggu aktivitas, dr. Nana menyarankan untuk segera konsultasi.
"Kalau kita kita melihat atau mungkin kita merasa rasa malu kita, keraguan kita ini, menghambat performance kita, aktivitas kita, tidak ada salahnya kita konsultasikan."
Baca artikel lain seputar kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)