TRIBUNHEALTH.COM - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Sylvana Evawani, Sp.KJ, menyebut adanya pandemi akan lebih berpeluang menyebabkan kecemasan pada seseorang.
Kecemasan tersebut juga bisa mempengaruhi imunitas, sehingga berisiko lebih tinggi terpapar Covid-19.
Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Sylvana Evawani, Sp.KJ, ketika menjadi narasumber dalam program Ayo Sehat Kompas TV edisi Jumat (2/7/2021).
Menurutnya, cemas bisa membuat otak dalam keadaan siaga.
"Memang bisa berkaitan karena kalau kita dalam keadaan cemas, syaraf kita itu yang teraktivasi adalah saraf yang membuat kita berjaga-jaga," katanya, dikutip TribunHeath.com.
"Jadi kita benar-benar dalam keadaan stres."
Baca juga: Gangguan Kecemasan Sosial Banyak Terjadi pada Usia Produktif, Simak Bedanya dengan Kecemasan Biasa
Padahal stres sendiri merupakan faktor risiko terjadinya berbagai gangguan, baik fisik ataupun mental.
"Gangguan metabolik, gangguan cerebrovaskular, gangguan pembuluh darah, seperti itu," contohnya.
Jika tak dikelola dengan baik, stress bisa memicu berbagai peradangan.
Hal inilah yang kemudian memudahkan turunnya imunitas tubuh.
"Karena ketika kita berada dalam keadaan stres yang berkepanjangan, misalnya kita cemas yang tidak kita kelola, itu akan mengeluarkan hormon-hormon yang akan mengaktifkan peradangan-peradangan di berbagai tempat."
"Salah satu faktor terhadap imunitas menjadi menurun."
Akibatnya, risiko terpapar virus corona bisa menjadi lebih besar.
Belum tentu sampai tahap gangguan
Baca juga: Dokter Paparkan Faktor Risiko Gangguan Kecemasan Sosial, Mulai Faktor Biologis hingga Parenting
Kendati demikian, kecemasan yang dialami gara-gara pandemi belum tentu sampai pada level gangguan.
"Sebetulnya Dari awal pandemi dimulai dikatakan memang risiko kita tidak gangguan, tapi mengalami kecemasan yang berlebihan itu risikonya sampai 4 kali lipat, jelas dr. Sylvana Evawani, Sp.KJ.
Karenanya bukan tidak mungkin seseorang yang tidak memiliki riwayat kecemasan, mengalaminya di masa pandemi.
"Jadi mungkin saja kita tadinya tidak punya gejala cemas berlebihan sekarang ada tuh tendensi ke arah sana."
Hal ini juga berlaku untuk orang yang memang sudah mengalami gangguan kecemasan.
Adanya pandemi bsia saja memperparah gangguan sebelumnya.