Santan kaya akan vitamin B, C, dan E.
Di daerah barat, santan dikenal dapat membantu melawan bakteri dan jamur di dalam tubuh.
Santan yang banyak manfaatnya seringkali dituding sebagai biang peningkat kolesterol.
Sebanyak 80% kolesterol diproduksi oleh liver di dalam tubuh.
Hal tersebut sudah pernah dijelaskan secara rinci oleh ilmuwan bahwa 80% kolesterol adalah liver yang memproduksi.
Hanya 20% saja yang bersumber dari makanan.
Dan 20% tersebut bukan dari produk nabati.
“Harus dibedakan antara kolesterol dan lemak jenuh,” ujar dr. Tan Shot Yen.
“Lemak jenuh ya lemak jenuh, tapi bukan kolesterol,” tambahnya.
Tidak benar bahwa santan dapat meningkatkan kolesterol.
Baca juga: Sudahkah Kita Memelihara Kesehatan Ginjal Sejak Dini?
Baca juga: Pahami Cara Merawat Gigi dengan Baik dan Benar Agar Terjaga Kesehatannya
Bahkan belakangan ini banyak orang yang mengganti santannya dengan produk susu.
Munurut dr. Tan Shot Yen ini merupakan suatu kemunduran.
Tadinya santan merupakan makanan asli Indonesia yang diperoleh secara baik dari proses alamiah dari kelapa yang diparut dan diperas.
Proses tersebut bukan merupakan produk ultra proses.
Namun karena ada kabar yang belum jelas kebenarannya, mengakibatkan sebagian orang justru memakai produk ultra proses.
Mayoritas orang justru bergeser ke suatu hal yang akhirnya merugikan diri sendiri.
Walaupun santan mengandung lemak jenuh, namun tetap memiliki manfaat.
JIka dibandingkan dengan susu sapi, jumlah energi yang paling banyak tetap pada santan.
Itulah yang menyebabkan kalorinya tinggi.
Namun yang perlu diketahui adalah susu sapi tentunya memiliki kolesterol.
Hal ini karena susu sapi diproduksi oleh hewan.
Penjelasan Dokter Filsuf Ahli Gizi Komunitas, dr. Tan Shot Yen yang dikutip oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Malam Minggu Sehat edisi 01 Mei 2021.
(TribunHealth.com/Dhiyanti)
Berita lain tentang kesehatan ada di sini.