TRIBUNHEALTH.COM - Gondongan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus paramyxovirus dan ditandai dengan pembengkakan kelenjar parotis.
Kelenjar parotis adalah kelenjar terbesar dari tiga kelenjar ludah utama.
Gejala yang paling terlihat dari penyakit gondongan adalah pembengkakan pada wajah, tepatnya di area bawah telinga.
Virus gondongan ini dapat menular melalui droplet atau percikan air liur, batuk, dan bersin, serta kontaminasi melalui benda-benda yang terkena percikan air liur.
Baca juga: dr. Vira Ungkap Penyebab hingga Gejala Gondongan pada Anak yang Harus Diwaspadai Orang Tua

Membahas mengenai gondongan, terdapat pertanyaan yang diajukan kepada dr. Vira terkait penyakit gondongan.
Pertanyaan tersebut mengacu pada gejala yang dialami oleh anak-anak, di mana anak satu mengalami demam saat terinfeksi gondongan dan anak satunya lagi tidak mengalami demam saat terinfeksi gondongan.
Lantas, apakah gejala gondongan pada anak satu dengan anak yang lain ini berbeda-beda?
Dilansir dari YouTube Tribun Health, Dokter Spesialis Anak dari SMC RS. Telogorejo, Semarang, dr. Vira Ari Nindia Dewi, Sp.A memberikan penjelasan tentang gejala gondongan pada anak.
Baca juga: 7 Manfaat Rutin Konsumsi Kacang Polong, Bagus untuk Mata dan Mengontrol Gula Darah
dr. Vira menjelaskan, gejala gondongan pada anak-anak ini bermacam-macam dan paling banyak itu adalah pembengkakan.
Ada juga yang mengalami gejala demam tinggi dan ada juga yang tidak mengalami gejala demam tinggi.
Ini biasanya tergantung dari status gizi dari masing-masing anak tersebut.
Rata-rata status gizi yang kurang atau gizi buruk, itu mempunyai sistem imun yang lebih rendah.

Baca juga: 6 Makanan Kaya Vitamin D, Bagus untuk Turunkan Risiko Diabetes dan Tingkatkan Kekebalan Tubuh
Ada pun penyebab yang lain adalah stutus imunisasi pada masing-masing anak.
Anak-anak yang belum melakukan imunisasi sama sekali lebih rentan terserang penyakit dibandingkan anak yang sudah melakukan imunisasi.
"Jadi pasien-pasien yang belum diimunisasi sama sekali, dia mempunyai gejala dan komplikasi yang lebih berat."
"Komplikasinya bisa menyebabkan ke arah otak, di otak jadi meningitis, kemudian di pankreas menjadi pankreatitis, kemudian di testis juga bisa mengalami peradangan," jelas dr. Vira.
Baca juga: 7 Alasan Tidak Boleh Melewatkan Sarapan, Salah Satunya Dapat Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak dari SMC RS. Telogorejo, Semarang, dr. Vira Ari Nindia Dewi, Sp.A dalam tayangan YouTube Tribun Health.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com)