TRIBUNHEALTH.COM - Teh merupakan minuman yang dibuat dari seduhan daun, pucuk daun, atau tangkai daun tanaman Camellia sinensis yang dikeringkan dan lalu diseduh dengan air panas.
Dengan beragam jenis varian teh yang bisa kita temui setiap harinya, seperti teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih, banyak orang meyakini bahwa teh memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan, karena kandungan antioksidannya yang bernama katekin.
Kadar katekin tertinggi bisa kita dapatkan dari teh hijau dan teh putih, terutama yang dibuat dari daun yang masih segar, lalu sedikit lebih rendah pada teh hitam karena dipengaruhi proses oksidasi.
Teh juga mengandung kafein, yaitu sekitar 3 persen dari berat keringnya, teofilin, dan teobromin dalam jumlah sedikit.
Baca juga: Kutu Rambut Memang Bisa Terjadi pada Semua Orang atau Anak-anak Saja Dok?

Karena banyak manfaatnya inilah teh menjadi salah satu minuman yang gemar dikonsumsi setiap harinya, termasuk anak-anak.
Sayangnya, masih banyak yang tidak menyadari bahwa dibalik sensasi nikmatnya tiap tegukan olahan teh, ternyata menyimpan dampak kurang baik terutama untuk anak-anak, mari kita bahas bersama.
- Teh tidak memiliki kandungan makronutrien dan hanya mengandung sedikit mikronutrien
Teh tidak memiliki kandungan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta hanya sedikit sekali memiliki kandungan mineral.
Lebih dari itu, seringkali setiap habis minum teh akan timbul sensasi kenyang yang membuat hilang selera makan anak setelahnya.
Padahal asupan gizi yang cukup dan tinggi nutrisi sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang seorang anak setiap harinya.
- Kandungan tinggi gula pada minuman teh kemasan
World Health Oganization menyarankan asupan gula tambahan maksimal hanya 10?ri total kalori harian seorang anak.
Contoh, seorang anak usia 5 tahun yang memiliki berat badan ideal 18 kg boleh disarankan maksimal mengkonsumsi 45g per hari nya.
Mirisnya, rata-rata minuman teh kemasan 250ml memiliki kandungan gula pada sekitar 15-20g, jauh lebih dominan dibandingkan kandungan ekstrak teh aslinya.
- Teh menghambat penyerapan nutrisi
Bahaya ini sudah berulangkali diperingati, namun masih seringkali diabaikan begitu saja.
Masih banyak orang tua dan atau pengasuh yang menormalisasi memberi minum teh kepada anak, meskipun itu hanya sekedar sesekali menyicip saja.
Teh memiliki kandungan senyawa fitat dan tanin yang menghambat penyerapan zat besi.
Dampak ini terutama pada usia 6 bulan hingga 2 tahun bisa sangat berpengaruh terhadap periode pertumbuhan pesat pada perkembangan otak, termasuk kecerdasannya.
Anak mungkin akan tampak lambat dalam merespon, pucat, lemas tidak bertenaga dan atau sulit berkonsentrasi.
Tubuh yang kekurangan asupan zat besi beresiko berkembang menjadi anemia defisiensi zat besi, yang merupakan jenis anemia yang paling banyak ditemui pada anak anak.
Baca juga: 6 Fakta Penyakit Gondongan, Mulai dari Penyebab hingga Cara Penularan

- Kandungan teh mengandung stimulan dan diuretik
Teh memiliki kandungan kafein, teofilin, dan teobromin yang berfungsi sebagai stimulan.
Stimulan dapat membuat anak menjadi lebih hiperaktif dan mengalami kesulitan tidur.
Jika ditemui anak nampak terlalu aktif dan atau mengalami kesulitan tidur setelah mengonsumsi teh, disarankan untuk segera menghentikannya.
Untuk anak usia di bawah 6 bulan yang terlanjur diberikan teh, segera kembali berikan ASI, sedangkan untuk anak usia di atas 6 bulan yang sudah mengkonsumsi makanan dan minuman pendamping ASI, segera lanjutkan pemberian ASI dan air mineral.
Harapannya, dalam waktu 3-4 jam setelahnya atau bisa lebih cepat, kandungan kafein dari teh bisa segera dilepas melalui urin.
Salam sehat! Oleh dr Stella Yosanie
Baca juga: Revitalisasi Trotoar, Dorong Manfaat Besar dari Aktivitas Jalan Kaki