Breaking News:

Monkeypox : Infeksi Virus yang Menyebabkan Penyakit Mirip Cacar, Ini Penjelasan dr. Arieffah, Sp.DVE

Masyarakat dihebohkan dengan adanya berita munculnya penyakit baru yang disebabkan karena suatu virus yang disebut dengan Monkeypox atau cacar monyet

Penulis: Hasna Arthanti | Editor: Melia Istighfaroh
Freepik
Ilustrasi monkeypox atau cacar monyet, ilmuwan mewaspadai adanya kasus tanpa gejala 

TRIBUNHEALTH.COM - Pernahkah kalian mendengar atau membaca berita yang membahas tentang monkeypox atau cacar monyet?

Belum lama ini, masyarakat dihebohkan dengan adanya berita munculnya penyakit baru yang disebabkan karena suatu virus dan disebut dengan Monkeypox (MPOX) atau cacar monyet?

Dikutip Tribunhealth dari (Kompas.com) Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, yang dikenal sebagai Monkeypox virus (virus cacar monyet), sehingga wabah ini sebelumnya disebut cacar monyet.

MPOX tergolong sebagai penyakit zoonosis, yang berarti penyakit ini dapat menyebar antara hewan dan manusia.

Gejalanya mirip dengan flu termasuk demam, menggigil dan nyeri otot biasanya diikuti oleh ruam yang dimulai sebagai bintik-bintik yang muncul, yang berubah menjadi lentingan lepuh berisi cairan.

Lepuhan ini pada akhirnya membentuk koreng dalam periode waktu yang cukup lama.

Baca juga: 5 Macam Metode Hair Removal yang Dapat Anda Pilih untuk Mengembalikan Kepercayaan Diri

Dapatkan serum kolagen yang membantu memperlambat tanda-tanda penuaan dini di sini

Ilustrasi penderita monkeypox atau cacar monyet
Ilustrasi penderita monkeypox atau cacar monyet (kompas.com)

Menurut penjelasan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Dermatologi dan Venereologi) dari RS Hermina Solo, dr. Arieffah, Sp.DVE yang dikutip dari program Healthy Talk Tribunhealth (14/9), virus yang menyebabkan MPOX sendiri merupakan jenis virus DNA.

Penyakit ini pertama kali ditemukan pada monyet yang dipelihara untuk penelitian di Denmark pada tahun 1958 karena monyet dianggap memiliki sifat yang hampir mirip dengan manusia, sehingga dinamakan cacar monyet atau Monkeypox.

Namun, kasus pertama infeksi pada manusia baru ditemukan pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo, Afrika.

2 dari 3 halaman

Sejak itu, penyakit ini dianggap endemik di beberapa negara Afrika Tengah dan Barat. 

Dapatkan lip infusion yang membantu menjaga kesehatan dan kelembapan bibir di sini

Penyakit MPOX mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2024 ini dan kasus terbanyak terjadi di daerah Jabodetabek.

Terutama Jakarta karena disana merupakan gerbang keluar masuknya penerbangan Internasional sehingga memperbesar kemungkinan untuk penularan infeksi virus tersebut.

ILUSTRASI - Kasus monkeypox atau cacar monyet
ILUSTRASI - Kasus monkeypox atau cacar monyet (Freepik)

Virus MPOX juga merupakan bagian dari famili yang sama dengan virus yang menyebabkan cacar.

Orang yang terkena mpox sering kali mengalami ruam seperti penyakit cacar pada umumnya dan disertai gejala lainnya.

Namun, Perlu diketahui bahwa timbulnya cacar akibat infeksi virus MPOX dengan penyakit cacar biasa juga memiliki perbedaan mulai dari gejala dan bentuknya.

Sehingga kita juga harus lebih peduli akan tanda-tanda yang lebih spesifik terkait cacar monyet atau MPOX tersebut.

Dapatkan sampo yang membantu mengatasi masalah ketombe di sini

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat global untuk mewaspadai penyakit ini dan terus mendukung penelitian guna memahami lebih baik tentang virus monkeypox serta potensinya untuk menyebabkan wabah di masa depan. 

3 dari 3 halaman

Dengan meningkatnya kesadaran mengenai penyakit ini, diharapkan cacar monyet dapat lebih mudah dikendalikan dan tidak berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih besar di luar wilayah endemiknya.

(Tribunhealth.com/HasnaArthanti)

Dapatkan produk multivitamin anak yang membantu menunjang kesehatan di sini

Baca juga: Jerawat Bisa Diatasi dengan Bahan Alami, dr. Ammarilis Jelaskan Ini

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comcacar airMonkey poxMpoxdr. Arieffah Sp.DVE
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved