TRIBUNHEALTH.COM - Nampaknya penyakit usus buntu sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita.
Penyakit usus buntu atau apendisitis adalah kondisi medis yang terjadi ketika apendiks, sebuah organ kecil berbentuk tabung yang melekat pada usus besar mengalami peradangan atau infeksi.
Apendiks biasanya terletak di sisi kanan bawah perut.
Penyakit ini seringkali memerlukan perawatan medis segera, karena apendisitis dapat berkembang menjadi kondisi yang serius jika tidak diobati.
Adapun secara etiologi, penyakit ini disebabkan oleh obstruksi dan infeksi.
Baca juga: 5 Buah yang Aman untuk Pasien Diabetes, Memiliki Indeks Glikemik Rendah dan Jaga Gula Darah Stabil
Perlu diketahui, obstruksi terjadi akibat adanya penyumbatan.
Banyak anggapan yang tumbuh subur di masyarakat yang menyebutkan jika usus buntu bisa disebabkan karena faktor genetik atau keturunan.
Meski begitu, informasi penyakit usus buntu yang disebabkan karena keturunan atau faktor genetik, belum banyak didapatkan.
Obat yang dikonsumsi harus melalui resep dokter

Selama ini banyak penderita usus buntu yang mengkonsumsi antibiotik.
dr. Andreas menyampaikan jika terdapat orang yang mengkonsumsi antibiotik kemudian sembuh dan ada pula yang kambuhan atau berulang.
Namu perlu digarisbawahi ya sobat sehat, penggunaan obat antibiotik harus berdasarkan resep dari dokter.
Lebih lanjut dr. Andreas Cahyo Nugroho, Sp.B menuturkan jika orang-orang yang berulang kali konsumsi antibiotik pada saat terjadi peradangan dan kemudian sembuh, suatu saat penyakit tersebut akan terus berulang.
Tentu ini dapat menimbulkan bahaya jika tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut loh, sobat sehat.
Sangat dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan ke dokter, dengan begitu bisa diketahui kondisi pasti penyakit usus buntu yang dialami oleh pasien.
Setelah pemeriksaan dokter akan mengetahui apakah usus buntu mengalami pelebaran akut usus buntu atau belum.
Baca juga: Memiliki Tubuh Ideal di Tahun 2024, Jangan Lakukan Ini saat Menurunkan Berat Badan
Pengobatan usus buntu
Jangan melakukan pengobatan sendiri apabila sudah terdiagnosa penyakit ini ya, sobat sehat.
Pasalnya pengobatan sendiri tanpa arahan dokter yang dilakukan terus menerus dapat menyebabkan usus buntu mengalami kebocoran.
Tentunya kondisi ini dapat membahayakan pasien.
Hal ini juga bisa menyebabkan usus buntu pecah.
Cairan di dalam usus buntu akan keluar ke cavum abdomen dan akan menyebabkan peradangan di dalam perut.
Biasanya pasien akan mengalami vital sign atau tanda-tanda vital yang tidak bagus.
Seperti tensi tidak baik, nadi meningkat dengan cepat, suhu tubuh tinggi, perut menjadi kejan, dan terkadang ada pasien yang bisa sampai meninggal sebelum mengunjungi rumah sakit.
Hal ini dikarenakan pasien mendapatkan penanganan terlambat.
Menurut dr. Andreas Cahyo Nugroho, Sp.B hal-hal seperti ini bisa diantisipasi.
Dengan cara melakukan pemeriksaan dengan dokter sejak dini.
Penyakit usus buntu biasanya ditandai dengan rasa nyeri dibagian perut bawah sebelah kanan.
Baca juga: Khasiat Madu dalam Turunkan Kolesterol Jahat dan Kadar Gula Darah
Apabila ditekan dan dilepas akan tetap terasa nyeri.
dr. Andreas Cahyo Nugroho, Sp.B mengatakan jika rata-rata pasien merasakan gejala tersebut.
Tanda-tanda lain yang bisa terjadi yakni pasien mengalami mual hingga muntah serta gangguan makan.
Baca juga: 6 Minuman yang Ampuh Menurunkan Kadar Gula Darah Tinggi, Apa Saja?
Penjelasan Dokter Spesialis Bedah Umum, dr. Andreas Cahyo Nugroho, Sp.B dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 09 Oktober 2021.
Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.