TRIBUNHEALTH.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan kasus konfirmasi cacar monyet (monkeypox) di Indonesia bertambah menjadi 7 kasus per tanggal 22 Oktober 2023.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu dalam siaran pers, Senin (23/10/2023).
Seluruh kasus yang dikonfirmasi itu ditemukan di DKI Jakarta, sebagaimana diberitakan Kompas.com.
Sebenarnya apa itu cacar monyet dan bagaimana gejalanya?
Baca juga: Dokter Sebut Cacar Monyet yang Sudah Berat Bisa Menularkan ke Orang Lain dan Harus Dirawat
Gejala cacar monyet

Melansir CDC AS, penderita cacar monyet sering kali mengalami ruam yang mungkin terletak di tangan, kaki, dada, wajah, atau mulut atau di dekat alat kelamin, termasuk penis, testis, labia, vagina, dan anus. Masa inkubasinya 3-17 hari.
Selama masa ini, seseorang tidak menunjukkan gejala dan mungkin merasa baik-baik saja.
Ruam akan melalui beberapa tahap, termasuk koreng, sebelum sembuh.
Ruam awalnya terlihat seperti jerawat atau lecet dan mungkin terasa nyeri atau gatal.
Gejala cacar monyet lainnya bisa meliputi
- Demam
- Panas dingin
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Kelelahan
- Nyeri otot dan sakit punggung
- Sakit kepala
- Gejala pernafasan (misalnya sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau batuk).
Anda mungkin mengalami semua atau hanya beberapa gejala.
Perhatikan gejala cacar monyet selama 21 hari sejak tanggal paparan terakhir Anda.
Jika Anda mengalami gejala, seperti ruam, kunjungi penyedia layanan kesehatan.
Baca juga: Resep Tradisional Ampuh Atasi Cacar Air, dr. Zaidul Akbar Sarankan Campurkan Bahan-bahan Ini
Berapa lama gejala cacar monyet berlangsung?

Gejala cacar monyet biasanya dimulai dalam waktu 3 minggu setelah terpapar virus.
Jika seseorang mengalami gejala mirip flu, biasanya akan timbul ruam 1-4 hari kemudian.
Seseorang dengan cacar monyet dapat menularkannya kepada orang lain sejak gejalanya muncul hingga ruamnya sembuh total dan lapisan kulit baru terbentuk.
Data baru menunjukkan bahwa beberapa orang dapat menularkan cacar monyet kepada orang lain empat hari sebelum gejalanya muncul.
Baca juga: Penderita Cacar Monyet yang Memiliki Sistem Imun Rendah Berisiko Alami Komplikasi
Sejarah kemunculan
Melansir CDC AS, cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi virus mpox.
Virus cacar monyet merupakan bagian dari keluarga virus yang sama dengan virus variola, yaitu virus penyebab penyakit cacar.
Gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar, namun lebih ringan, dan mpox jarang berakibat fatal.
Kendati demikian, cacar monyet tidak berhubungan dengan cacar air.
Penyebab awal belum diketahui

Cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1958 ketika dua wabah penyakit mirip cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian.
Meskipun diberi nama “ virus Monkeypox ”, sumber penyakit ini masih belum diketahui.
Namun, hewan pengerat Afrika dan primata non-manusia (seperti monyet) mungkin menjadi pembawa virus dan menginfeksi manusia.
Kasus cacar monyet pada manusia pertama tercatat pada tahun 1970.
Sebelum wabah tahun 2022, cacar monyet telah dilaporkan pada orang-orang di beberapa negara Afrika tengah dan barat.
Sebelumnya, hampir semua kasus cacar monyet pada orang-orang di luar Afrika terkait dengan perjalanan internasional ke negara-negara di mana penyakit ini umum terjadi atau melalui hewan impor.
Ada dua jenis virus mpox: Clade I dan Clade II.
Baca juga: Cacar Monyet Bisa Menimbulkan Risiko Komplikasi, dr. Arieffah, Sp.KK Jelaskan Tanda-tandanya
Virus mpox tipe Clade I memiliki tingkat kematian sekitar 10 persen.
Infeksi pada wabah tahun 2022-2023 berasal dari Clade II, atau lebih spesifiknya, Clade IIb.
Infeksi Clade IIb jarang berakibat fatal.
Lebih dari 99 persen orang yang mengidap penyakit ini kemungkinan besar akan bertahan hidup.
Namun, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah, anak-anak di bawah usia 1 tahun, orang dengan riwayat eksim, dan orang yang sedang hamil atau menyusui lebih mungkin terkena sakit parah atau meninggal.
Dapatkan sabun antibakterial dan produk kesehatan lain di link berikut.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)