Breaking News:

Trend dan Viral

Kasus Inses Viral di Bukittinggi dan Purwokerto, Apa Itu Inses?

Kasus inses saat ini sedang viral di Bukittinggu dan Purwokerto. Sebenarnya apa yang dimaksud dari inses?

Penulis: Putri Pramestia | Editor: Putri Pramestia
regional.kompas.com
ilustrasi inses antara anak dengan orangtua 

TRIBUNHEALTH.COM - Apa inses itu? Kasus yang baru-baru ini terjadi di Bukuttinggi dan Purwokerto.

Belum lama ini tengah viral kasus inses di Purwokerto, Jawa Tengah dan Bukittinggi, Sumatera Barat.

Hal ini disampaikan oleh Erman Safar, Wali Kota Bukittinggi alam sosialisasi di rumah dinasnya, Rabu (21/6/2023).

Dilansir dari laman TribunJateng.com, seorang pemuda melakukan inses dengan ibu kandungnya sendiri, kini pemuda tersebut sedang dikarantina di pusat rehabilitasi IPWL Agam Solid.

IPWL Agam Solid yang juga dikenal dengan LSM Ganggam Solidaritas tersebut merupakan binaan langsung di bawah Kementrian Sosial.

Dikutip dari TribunJateng.com yang dilansir dari Tribun Padang, Ketua IPWL Agam Solid, Sukendra Madra menyampaikan, saat ini pihaknya sedang mengkarantina pemuda tersebut.

ilustrasi inses antara anak dengan orangtua
ilustrasi inses antara anak dengan orangtua (regional.kompas.com)

Baca juga: Terungkap Alasan Bunuh 7 Bayi Hasil Inses dengan Anak: Bisikan dari Guru Spiritual agar Cepat Jaya

Sukendra menilai, pemuda tersebut nekat inses dengan ibunya disebabkan karena kecanduan zat adiktif berupa narkotika dan lem.

Ketika dilakukan pengecekan, pemuda tersebut positif narkotika jenis sabu-sabu dan juga pernah mengkonsumsi ganja.

Namun, yang kerap ia gunakan adalah lem yang merusak saraf sensorik otak pemuda tersebut.

Sedangkan kasus di Purwokerto, kasus inses anak perempuan dengan ayah kandungnya terungkap setelah ditemukan 4 kerangka bayi.

2 dari 4 halaman

Dari kesaksian warga sekitar, E, ibu dri empat kerangka bayi tersebut ternyata sudah melahirkan sejak usia 14 tahun.

Kerangka bayi tersebut ditemukan dalam kondisi terbungkus kain dan terkubur di kedalaman 50cm di kebun milik Prasetyo Tomo (42), warga Kelurahan Tanjung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumams, Jawa Tengah.

Saat itu, Slamet sebagai saksi mata (50) diminta pemilik tanah untuk menggali tanah duntuk menguruk bekas kolan ikan yang ada di dekatnya.

Baca juga: dr. Andry: Konsumsi Air Putih 2 Liter Per Hari Tidak Bermanfaat Secara Langsung untuk Batu Empedu

Slamet diminta Prasetyo untuk menghentikan pekerjaan dan pemilik tanah tersebut kemudian melapor ke polisi.

Lantas polisi menyisir lokasi tersebut dan kembali menemukan tiga kerangka bayi.

Apa itu Inses?

Inses adalah hubungan seks di antara dua lawan jenis yang memiliki hubungan darah/keluarga sangat dekat.

Inses terjadi misalnya hubungan seks antara kakek dengan cucu atau ayah dengan anak kandung perempuan atau ibu dan anak laki-laki atau di antara kakak-beradik sekandung.

Inses umumnya dianggap tabu dalam banyak budaya dan masyarakat dan secara hukum dilarang di banyak negara.

Larangan inses sebenarnya sangat terkait dengan atribusi biologis yang menyatakan hubungan seksual antara pasangan sedarah akan membahayakan kondisi keturunan.

Konferensi pers Polresta Banyumas terkait kasus pembunuhan 7 bayi hasil inses bapak dan anak yang dikubur di RT 1 RW 4 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Selasa (27/6/2023) - Alasan Rudianto membunuh 7 bayi karena dapat bisikan dari guru spiritual sebagai syarat cepat kaya.
Konferensi pers Polresta Banyumas terkait kasus pembunuhan 7 bayi hasil inses bapak dan anak yang dikubur di RT 1 RW 4 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Selasa (27/6/2023) - Alasan Rudianto membunuh 7 bayi karena dapat bisikan dari guru spiritual sebagai syarat cepat kaya. (tribunnews.com)

Baca juga: Tak Hanya Menyerang Usus, Cacingan Bisa Mengakibatkan Komplikasi pada Organ Lainnya

3 dari 4 halaman

Penelitian modern membuktikan, kematian, retardasi mental, dan cacat bawaan pada anak yang dilahirkan sebagai hasil hubungan inses sangat tinggi.

Bentuk umum yang sering terjadi adalah hubungan inses antara kakak laki-laki dan adik perempuan yang antara lain dipicu rendahnya kualitas tatanan moral dalam keluarga.

Atau eksperimen seksual yang karena kebutuhan pemenuhan rasa ingin tahu tentang seks dan seksualitas di antara saudara sekandung berlawanan jenis, dalam kisaran usia remaja mula.

Kondisi sosial ekonomi yang rendah pun membuat keluarga mengalami keterbatasan kamar tidur sehingga memaksa mereka harus berbagi kamar dengan saudara sekandung berlawanan jenis.

Kondisi tersebut akan membuka peluang terjadinya hubungan inses.

Hal yang sangat memprihatinkan adalah bila terjadi pengalaman inses, konsekuensi traumatis justru akan lebih dialami remaja perempuan yang terlibat yang di kemudian hari berkembang menjadi rasa salah berkepanjangan pada diri mereka. (*)

Mereka kemungkinan besar akan memiliki sikap negatif terhadap seksualitas yang pasti merugikan kesejahteraan mental mereka di kemudian hari. Andaikan akhirnya mereka bisa toleran terhadap perasaan bersalah, tetapi cepat atau lambat mereka akan mengetahui perilaku inses sangat dilarang oleh lingkungan masyarakat mereka.

Baca juga: Tak Hanya Menyerang Usus, Cacingan Bisa Mengakibatkan Komplikasi pada Organ Lainnya

Pemahaman tersebut tentu saja akan memicu perkembangan perasaan rendah diri berkepanjangan pula. Apalagi bila kemudian mereka menyadari selaput daranya sudah tidak utuh oleh hubungan inses tersebut.

Praktik inses memiliki konsekuensi yang serius dan kompleks, baik dari segi etika, moral, psikologis, maupun genetik. Secara genetik, perkawinan dalam keluarga yang memiliki ikatan darah dekat dapat meningkatkan risiko kelainan genetik dan cacat bawaan pada keturunan.

Curhat Korban

4 dari 4 halaman

Curahan hati korban hubungan sedarah (inses), E (26) yang melahirkan 7 anak dari ayah kandungnya terungkap.

E terpaksa harus melayani nafsu bejat ayahnya, Rudi (57), karena di bawah ancaman senjata tajam.

Bahkan saat melakukan perbuatan itu pun, E tak bisa menikmatinya.

Piskolog UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak Pemkab Banyumas, Rahmawati Wulansari mengatakan, awalnya E sempat diancam menggunakan golok saat menolak berhubungan dengan ayahnya.

"Memang benar ada ancaman ketika (ayahnya) mengajak dan ditolak. Dia bilangnya 'dipapag ngangge bendo' (dihalangi dengan golok). Sehingga mau tidak mau melakukan dengan ayah kandung," kata Rahmawati saat pers rilis di Mapolresta Banyumas, Selasa (27/6/2023).

Rahmawati mengatakan, kondisi psikologis E saat kali pertama melakukan itu dengan ayahnya pasti terganggu.

Apalagi saat itu E masih di bawah umur.

Baca juga: Gadis SMA Jadi Ibu di Usia 18 Tahun, Dinikahi Artis 16 Tahun Lebih Tua & Lanjut Sekolah Usai Cuti

"Kalau melihat kondisi kejiwaannya pada 2013 tentu saya bisa membayangkan betapa dia sangat tertekan. Itu sangat mengagetkan, pertama kali melakukan dan kebetulan ayah sendiri," ujar Rahmawati.

Namun E tidak punya pilihan lain, termasuk ibunya karena sama-sama mendapat ancaman hingga melahirkan anak pertama pada tahun 2013.

Hubungan dan ancaman itu juga terus berulang hingga melahirkan anak ke tujuh pada 2021 lalu.

Kepada Rahamati, E mengatakan sebetulnya tidak menikmati hubungan tersebut.

"Dia bilang 'saya tidak menikmati, tapi saya tidak punya pilihan. Jadi ya sudah lah melayani kebutuhan biologis ayah, melayani ayah makan'," kata Rahmawati.

E juga tetap hidup dengan ayahnya di sebuah gubuk, meski kata Rahmawati, E punya kesempatan melakukan banyak hal di luar sana.

"Mungkin di awal saya prediksi pasti trauma, tapi lama-kelamaan tidak ada pilihan untuk terus melakukan sampai tujuh kali," ujar Rahmawati.

Menurut Rahmawati, saat ini psikologis E dalam kondisi baik.

Baca juga: 6 Tips yang Dapat Diterapkan Saat Menyimpan Daging Kurban Agar Awet Berbulan-bulan

"Pada pertemuan pertama saya melihat dalam kondisi psikologis yang stabil, tidak ada tekanan, ketegangan atau kecemasan," kata Rahmawati.

Diberitakan sebelumnya, sampai saat ini polisi menetapkan E sebagai saksi korban kasus inses dan pembunuhan tujuh bayi.

Bayi-bayi tersebut dibunuh sesaat setelah dilahirkan dan dikubur di kebun tempat tinggal mereka di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Purwokerto Selatan. (*)

(TribunHealth.com/PP)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comberita viralviral di media sosialViralinsesBukittinggiPurwokerto Beskap Cromboloni Curug Cipendok Curug Gomblang Dhawank Delvi Syakirah
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved