TRIBUNHEALTH.COM - Pada dasarnya, setiap wanita akan merasakan periode menopause.
Seorang perempuan yang mengalami menopause tidak akan bisa membuat suatu proses kehamilan.
Hal ini karena ketika menopause ovarium sudah tidak akan menghasilkan telur atau ovum lagi.
Selain berhentinya siklus menstruasi, wanita yang menopause akan mengalami beberapa perubahan, salah satunya adalah mengalami masalah psikologis.
Banyak orang yang meyakini jika wanita akan rentan mengalami emosi saat periode menopause, lantas bagaimana pandangan dari sisi medis?
Mengenai hal ini Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS membenarkan jika hal ini benar terjadi.
Baca juga: Rupanya Perawatan Behel Sudah Ada Sejak Dulu, Dokter Gigi Spesialis Orthodonsia Ungkap Sejarahnya

Baca juga: Medical Sexolog Paparkan Penyebab Menurunnya Gairah Seks pada Wanita Muda
"Banyak kasus yang wanita itu nggak siap dalam artian tidak sekedar perubahan organ reproduksi saja," kata Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS.
Berdasarkan penuturan Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS saat menopause wanita tidak siap mengalami perubahan psikologis.
"Pertanyaannya, hari ini bisa diobati nggak gangguan psikologinya. Oh, sangat bisa," imbuh Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS.
"Sangat bisa kita obati untuk problem psikologi menjelang menopause," ucap Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS.
"Jadi ini yang tidak enak bagi seorang wanita saat dia menopause atau menjelang menopause," sambung Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS.
Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS membenarkan jika kondisi ini akan berpengaruh pada kehidupan seksualnya.
"Seperti seorang pria, hormon regulator (hormon pembangun)nya adalah testosteron. Wanita seks lifenya sangat dipengaruhi oleh keberadaan estrogen," ungkap Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS.
Perlu diketahui jika kehidupan seksual seorang wanita sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen.
Kendati demikian, seorang wanita juga memiliki hormon testosteron walaupun kadarnya 1/10 dari kadar hormon testosteron pada seorang pria.
Baca juga: Persiapan Lakukan Perawatan Saluran Akar, Ini yang Perlu Diketahui dari drg. R Ngt. Anastasia Ririen

Baca juga: Kemenag Resmi Umumkan Hasil Seleksi PPPK Tahun Anggaran 2022, 29.109 Peserta Dinyatakan Lulus
Sehingga pada saat menopause atau ketika kadar hormon estrogen mengalami penurunan, kondisi ini sama seperti yang dialami pria.
Dari sisi organ-organ atau kesehatan secara keseluruhan, wanita akan mengalami masalah.
Pada saat menopause, seorang wanita yang kadar estrogennya turun akan mulai terganggu pembuluh darahnya, akan mulai mengalami masalah metabolisme, baik metabolisme lemak maupun gula yang bisa naik.
Perlu menjadi informasi jika saat hormon estrogen menurun, sirkulasi darah akan berkurang atau terganggu ke area vagina wanita.
Bisa dibayangkan jika estrogen turun maka sirkulasi darah berkurang yang mengakibatkan pembasahan berkurang.
Apabila pembasahan berkurang tentu saja vagina menjadi kering.
Selain vagina kering, tentu saja wanita akan mulai mengalami atrofi.
Atrofi vagina adalah suatu kondisi ketika seseorang mulai kehilangan massa otot karena terjadi penyusutan vagina.
Baca juga: Jadwal Rekrutmen Bersama dan Syarat Pendaftaran BUMN 2023 Dibuka Mulai 5 Mei, Ada 5 Tahap

Baca juga: Aldila Jelita Lepas Status IRT Usai Cerai dari Indra Bekti, Kini Banting Tulang Jualan Busana Muslim
Akibat vagina kering membuat seorang wanita mengalami kesakitan atau nyeri ketika senggama saat berhubungan seksual.
Hal ini menyebabkan trauma pada seorang wanita yang mengalami menopause.
Klik di sini untuk dapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.
Penjelasan Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Beauty Health edisi 24 November 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.