TRIBUNHEALTH.COM - Deteksi dini kanker payudara bertujuan guna menemukan benjolan dan tanda-tanda lain pada payudara sedini mungkin agar bisa dilakukan tindakan secepatnya.
Apabila kanker payudara terdeteksi sedini mungkin maka potensi sembuh dari penyakit ini adalah sebesar 90-98 persen.
Namun jika melihat data dari lapangan, 70 persen pasien penderita kanker payudara datang dengan kondisi sudah pada stadium lanjut.
dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk berpesan agar masyarakat lebih mengenali gejala kanker payudara.
Apabila dijumpai adanya benjolan atau tanda yang tidak biasa, seyogyanya tidak segan untuk mengunjungi dokter.
Baca juga: Jangan Salah, Vaksin HPV Tak Disuntikkan di Bagian Vagina namun Disuntikkan di Bagian Lengan Atas

Baca juga: Vaksin HPV Relatif Aman Disuntikkan, Secara Umum Pasien Hanya Mengeluhkan Nyeri di Bekas Suntikkan
Pernyataan ini disampaikan oleh dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Jogja program Bincang Kesehatan edisi 07 Februari 2023.
"Perlu diingat bahwa nggak semuanya (benjolan) itu kanker. Tapi kalau didiagnosis lebih awal itu tingkat kesembuhannya tinggi," ujar dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
"Jadi belum tentu kanker, mari periksa kalau memang ada gejala atau mengeluhkan ada sesuatu jangan sampai terlambat," pesan dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
Terapi kanker payudara
Perlu menjadi informasi jika terapi yang bisa dilakukan oleh penyitas kanker payudara adalah operasi dan kemoterapi.
"Ada terapi sinar atau radioterapi, ada sebagian sekitar 70 persen itu mendapatkan terapi hormonal dan juga ada terapi terapi-terapi baru meskipun di luar negeri lagi tren misalnya terapi immunologis," tutur dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
Baca juga: dr. Theressia Handayani: Sampai Saat Ini Belum Pernah Menemukan Pasien yang Alergi Vaksin HPV

Baca juga: Melengkapi Vaksinasi HPV Berguna sebagai Proteksi agar Tidak Membawa Human Papillomavirus
Pasalnya terdapat indikasi khusus penderita melakukan terapi tersebut.
Kendati demikian, penentuan terapi ini ditentukan oleh dokter.
Pasien bisa berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter untuk mengetahui terapi yang tepat dalam mengatasi kanker yang dideritanya.
Berdasarkan penuturan dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk penelitian terapi immunologis sejauh ini masih terus berkembang.
Bahkan di Indonesia juga sudah tersedia jenis terapi ini, namun terapi tersebut memang belum ditanggung oleh BPJS.
"Kalau memang diperlukan ya bisa kita usulkan. Cuman dari kita sih jangan khawatir, ya kalau datang ke kita (dokter) akan kita tangani dan kita bisa memberikan terapi terbaik," tambah dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
Baca juga: Kulit Memerah setelah Double Cleansing, Apakah Termasuk Kulit Sensitif atau Tidak Cocok?

Baca juga: Mengenal Hiperhidrosis, Masalah Keringat Berlebih yang Disampaikan dr. Desidera Sp.KK
"Tujuan kita itu agar segera tertangani, jangan terlambat, dan pasien itu bisa sembuh, harapannya. Tidak kambuh, bisa sehat kembali, kalau ibu rumah tangga ya bisa mengurus keluarga atau anaknya," pungkas dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk.
Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.
Baca juga: drg. Andi Tajrin Jelaskan Beberapa Hal yang Perlu Disiapkan sebelum Cabut Gigi
Penjelasan dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., PhD., Sp.B (K) Onk dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Jogja program Bincang Kesehatan edisi 07 Februari 2023.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.