TRIBUNHEALTH.COM - Tentunya kita sudah tidak asing dengan campak dan juga rubella.
Seringkali kita jumpai campak dan rubella terjadi pada anak-anak.
Namun, banyak masyarakat yang menganggap bahwa campak dan rubella itu sama.
dr. Sindy menyampaikan bahwa campak dan rubella adalah suatu penyakit yang mirip tetapi berbeda.
Dapatkan produk yang membantu menjaga kesehatan anak dengan klik link berikut.

Baca juga: Waspada Komplikasi Campak, Kenali Gejalanya Mulai dari Demam hingga Muncul Bintik Kemerahan di Kulit
Apakah campak dan rubela berbahaya?
Bahaya dari campak dan rubella ternyata berbeda.
Campak bisa berbahaya pada anak, terutama pada campak yang berat dan anak belum divaksin.
Karena terlalu takut keluar rumah, sehingga tidak dilakukan vaksinasi.
dr. Sindy menyampaikan, pada tahun 2022 lalu terdapat BIAN yakni Bulan Imunisasi Anak Nasional, vaksin yang dilakukan adalah campak dan DPT ulang.
Apabila belum dilakukan booster dan tidak ada kekebalan, bisa mengalami masalah berat bahkan sampai ke paru, telinga dan otak.
Baca juga: dr. Hari Purwanto Sebut Campak Jerman Lebih Berbahaya Bagi Ibu Hamil Dibandingkan Campak Biasa
Pada campak Jerman, bahayanya pada ibu yang sedang hamil dan yang sering terdampak adalah anaknya.
Biasanya yang sering terjadi adalah pada anak sekolah tertular campak Jerman dari teman di seklolah.
Kebetulan ibu dari anak tersebut sedang hamil, maka bisa berisiko tertular lebih cepat.
Ibu hamil yang terkena campak Jerman sangat berbahaya sekali bagi janin, terutama bila terkena pada saat trimester 1.
Apabila ibu hamil terkena campak Jerman pada trimester 1, maka bisa mengalami Kongenital rubella syndrome.
Baca juga: Mengenal Penyakit Menular Rubella yang Dapat Menyerang Ibu Hamil
Jika mengalami kongenital rubella syndrome, maka janin bisa mengalami kelainan jantung, buta, maupun tuli.
dr. Sindy menegaskan, jangan sampai ibu hamil mengalami campak jerman.
Siapa yang harus memiliki kekebalan?
Tentu saja anak di dalam kandungan harus memiliki kekebalan tubuh, terutama pada anak sekolah dan jangan lupa untuk melakukan vaksin.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Cirebon bersama dengan dr. Sindy Atmadja,. M.Ked(Ped), Sp.A. Seorang dokter spesialis anak.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)