TRIBUNHEALTH.COM - Dr. dr. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subspes Kfm menjelaskan kehamilan dengan risiko tinggi.
Kehamilan adalah suatu hal yang dinanti oleh para pasangan suami istri, terutama bagi yang baru saja menikah.
Dengan adanya kehamilan maka dapat meneruskan keturunan dan membuat hubungan suami istri semakin erat.
Baca juga: Jangan Salah, Premarital Check Up Tidak Hanya Pemeriksaan Darah dan Lab, Tetapi Dimulai Konseling
Walau begitu, kehamilan tak selalu memberikan harapan yang baik.
Ada sejumlah kondisi yang justru berisiko tinggi pada saat kehamilan terjadi.

Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Kompas TV, berdasarkan pemaparan Wiku, kondisi ini bisa ditemui pada seorang wanita hamil dengan kategori:
- Usia di atas 35 tahun.
- Miliki riwayat kehamilan berulangkali
- Riwayar caesar lebih dari dua kali
Baca juga: Perbedaan Persalinan Metode Eracs dan Caesar, Berikut Ulasan dr. Henny Sp.OG
- Hipertensi saat kehamilan
- Kelainan jantung
- Pernah melahirkan anak cacat.

"Itu yang kita namakan dengan kehamilan berisiko tinggi," imbuh Wiku.
Untuk melakukan intervensi ini, dibutuhkan penanganan yang tepat.
Umumnya masalah kehamilan dengan risiko tinggi dapat dikonsultasikan bersama konsultan fetomaternal yang merupakan sub spesialis dari profesi dokter kandungan.
"Bila dokter kandungan bisa melakukan intervensi kenapa tidak, namun jika ada kebutuhan khusus dan merasa perlu konsultasi maka bisa dirujuk dengan konsultan sub spesialis fetomaternal.
Baca juga: dr. Hari Purwanto Sebut Campak Jerman Lebih Berbahaya Bagi Ibu Hamil Dibandingkan Campak Biasa
Penjelasan Dr. dr. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subspes Kfm ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)