TRIBUNHEALTH.COM - Alergi merupakan masalah yang kerap dialami oleh siapa saja, anak-anak dan bayi termasuk golongan yang sering mengalaminya.
Alergi tidak hanya terjadi karena alergi makanan saja, tetapi bisa karena alergi udara, debu, dan sebagainya.
Anak yang bersin ketika dekat dengan kucing, padahal ketika masih kecil tidak bermasalah, apakah mungkin terkena alergi bulu kucing?
dr. Ekawaty Yasinta menjelaskan, kalau di usia 5 tahun sekarang sudah jelas ketika dekat dengan kucing akan mengalami bersin dan tidak ada episode.
Maksud dari episode misalnya hari ini terpapar kucing dan tidak bergejala, sedangkan besok terpapar tetapi mengalami gejala.
Jika mengalami gejala yang tidak jelas, maka harus mencari tahu penyebabnya.
Baca juga: Anak Mengalami Ruam Popok Apakah Diidentifikasi Jika Sudah Besar Kulit akan Sensitif dan Alergi?
Tetapi jika memang setiap hari dan setiap saat terpapar dengan kucing, anak mengalami gejala berarti kemungkinan memang alergi dengan bulu kucing.
Kenapa saat bayi tidak bergejala saat dekat dengan kucing?
Karena kita mengenal reaksi alergi tersebut jika terpapar berulang-ulang.
Apabila baru pertama kali terpapar dan jarang-jarang, bisa saja belum ada manifestasinya.
dr. Ekawaty Yasinta menyampaikan, manifestasi akan timbul jika sudah berulang-ulang dan memang sensitif terhadap bulu kucing.
Alergi biasanya dipicu oleh susu maupun makanan yang dikonsumsi.
Alergi yang ditemukan pada anak usia di atas 5 tahun seperti masalah saluran nafas bawah (asma) dan gejala pilek (rinitis alergi).
Baca juga: Saat Mengetahui Anak Mengalami Alergi, Apa yang Pertama Harus Dilakukan Orang Tua?
dr. Ekawaty Yasinta juga menyampaikan, di atas usia 5 tahun selain asma yang sering didapatkan adalah rinitis alergi yaitu masalah pada hidung.
Masalah pada hidung bisa berupa keluhan bersin-bersin, hidung tersumbat dan meler.
Permasalahan tersebut terjadi pada periode tertentu, misalkan saat terkena dingin atau selesai bermain dengan hewan peliharaan.
Penyebab dari kejadian ini lebih dominan pada alergen yang terhirup.
Alergen yang terhirup misalnya tungau debu rumah, bulu kucing, dan kecoa.
Alergi akan terjadi ketika adanya interaksi antara genetik dan lingkungan.
Genetik bisa dari orang tua kandung misalnya ayah dan ibu kandung, kemudian bisa dari saudara kandung.
Baca juga: Memberikan Udang Terus Menerus pada Penderita Alergi Udang, Benarkah Menjadi Kebal?
dr. Ekawaty Yasinta menegaskan bahwa alergi bukanlah penyakit yang ditularkan, tetapi penyakit yang diturunkan atau diwariskan.
Alergi dapat terjadi karena faktor lingkungan atau alergen seperti makanan atau sesuatu yang terhirup.
Perlu diketahui bahwa alergi tidak seperti penyakit bawaan lainnya yang bisa dideteksi sejak di dalam kandungan, jadi alergi tidak bisa dideteksi sejak di dalam kandungan.
Tetapi alergi bisa dicegah agar anak yang lahir kecil kemungkinan terjadi alergi, terutama pada individu yang memiliki bakat alergi dari orang tua atau saudara kandung.
Pencegahannya bisa dilakukan dengan cara menghindari pajanan asap rokok, baik yang aktif maupun yang pasif.
Baca juga: Jangan Salah, Ini Cara Mendiagnosis Alergi Menurut dr. Ekawaty Yasinta Larope Sp.A(K)
dr. Ekawaty Yasinta menyampaikan, ibu tidak boleh merokok di dalam rumah dan di sekitar area kontak dengan perokok.
Selain itu cara pencegahannya tidak ada pantangan makanan pada ibu yang hamil.
Kalau memang tidak terbukti alergi, maka tidak boleh dipantang.
Tidak hanya itu saja, cara pencegahan alergi bisa dilakukan dengan pola hidup sehat.
Ketiga hal tersebut merupakan pencegahan-pencegahan yang bisa dilakukan ketika hamil.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV bersama dengan dr. Ekawaty Yasinta Larope Sp.A(K). Seorang dokter spesialis anak konsultan alergi dan imunologi.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)