TRIBUNHEALTH.COM - Konsumsi antibiotik dapat memengaruhi bau feses seseorang saat buang air besar (BAB).
Memang, pada dasarnya feses memiliki memiliki bau yang tidak sedap.
Namun bau feses bisa berubah lebih menyengat karena berbagai penyebab, termasuk saat mengonsumsi antibiotik.
Insider memberitakan, antibiotik membantu tubuh membunuh bakteri sebanyak mungkin, tetapi mereka tidak membedakan antara bakteri "baik" dan "buruk".
Akibatnya, konsumsi antibiotik kadang-kadang dapat menimbulkan masalah ketika buang air besar.
Pasalnya ada bakteri baik yang berperan dalam pencernaan, termasuk membuat bau feses konsisten seperti biasanya.
Baca juga: Risiko bila Penggunaan Obat Antibiotik Tak Diselesaikan dengan Tuntas, Simak dr. Alia Kusuma Rachman

Mengkonsumsi antibiotik yang membunuh bakteri baik dan jahat dapat mengganggu sistem pencernaan dan dapat menyebabkan tinja bau dan diare, meskipun para ahli belum menentukan secara pasti mengapa hal ini terjadi.
Ketidakseimbangan dalam bakteri usus ini juga dapat menyebabkan peradangan dan permeabilitas usus, kata Trista Best, seorang profesor nutrisi dan ahli gizi terdaftar di Balance One Supplements.
Efek samping tambahan yang mungkin terjadi saat mengonsumsi antibiotik meliputi:
- Mual atau muntah
- Kembung
- Nafsu makan berkurang atau penurunan berat badan yang tidak disengaja
- Sakit perut
- Perubahan warna dan konsistensi tinja.
Baca juga: 6 Tanda Kekurangan Elektrolit saat Olahraga, Mulai dari Pusing, Mual, hingga Kejang-kejang
Apa yang harus dilakukan?

Makan lebih banyak makanan probiotik dapat membantu memulihkan flora usus yang sehat, baik saat mengonsumsi antibiotik maupun setelah menyelesaikan antibiotik.
"Beberapa makanan yang paling padat probiotik termasuk yogurt, kefir, asinan kubis, acar, cuka sari apel, miso, dan kimchi," kata Best.
Penyebab lain dari bau feses menyengat
Selain efek pengobatan, bau feses yang menyengat bisa disebabkan oleh beragam kondisi lain.
Beberapa kondisi bahkan termasuk serius dan perlu penanganan medis.
Beberapa penyebab yang dimaksud antara lain:
- Malabsorbsi nutrisi
- Penyakit celiac
- Adanya darah dalam tinja.
Dua penyebab lainnya termasuk intoleransi laktosa dan diet tinggi sulfur.
Perlu diingat bahwa artikel ini memuat informasi sebagai sarana edukasi.
Penting untuk tidak melakukan diagnosis sendiri.
Jika Anda merasa ada yang tidak beres dengan feses atau kebiasaan BAB Anda, ada baiknya segera ke dokter untuk konsultasi dan melakukan pemeriksaan.
Dengan demikian, dokter bisa memberikan penanganan yang tepat.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)