Breaking News:

Jubir Syahril: Penghentian Pemberian Obat Sirup Efektif Tekan Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak

update perkembangan terkait penanganan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGA) Pada Anak di Indonesia.

Penulis: Ranum Kumala Dewi | Editor: Ahmad Nur Rosikin
TribunJateng
Ilustrasi pemberian obat sirup 

TRIBUNHEALTH.COM - Kementerian Kesehatan kembali memberikan update perkembangan terkait penanganan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGA) pada Anak di Indonesia.

Hingga Rabu (26/10), dilaporkan 18 kasus GGA, sehingga tercatat saat ini total kasus sebanyak 269 kasus.

Juru Bicara Kementerian, dr. Mohammad Syahril menjelaskan 18 kasus yang dilaporkan bukanlah kasus baru, melainkan akumulasi dari kasus sebelumnya yang baru dilaporkan ke Kemenkes.

Baca juga: Kemenkes Larang Penjualan Obat dalam Bentuk Sirup, Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak

"Dari 18 kasus ini hanya 3 yang merupakan kasus baru. Saya ulangi hanya 3 kasus baru  sedangkan sisanya adalah kasus lama di September dan awal Oktober yang baru dilaporkan," kata Jubir Syahril dilansir Tribunhealth.com dari situs resmi sehatnegeriku.kemkes.go.id.

Jubir Syahril menjelaskan kasus tersebut terjadi setelah SE Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan per tanggal 18 Oktober 2022 yang meminta fasyankes tidak memberikan obat dalam bentuk cairan/sirup.

Ilustrasi gagal ginjal akut pada anak
Ilustrasi gagal ginjal akut pada anak (kompas.com)

Dengan demikian, setelah tanggal 18 Oktober, hanya ada 3 kasus baru GGA pada anak.

“Kami tegaskan setelah tanggal 18 Oktober hanya ada ada 3 kasus baru. Ketiganya saat ini sedang menjalani perawatan,” tegas Jubir Syahril.

Ia menambahkan kecenderungan tidak ada penambahan kasus yang tinggi, merupakan dampak dari kebijakan penghentian sementara penggunaan obat sirup pada anak.

Baca juga: Tak Harus Obat Sirup, Dokter Imbau Atasi Gejala Demam Anak dengan Cara Mudah Dibawah ini

Meski terkendali, Jubir Syahril mengungkapkan pemerintah terus memantau perkembangan kasus GGA terutama di 5 provinsi dengan jumlah kasus tertinggi yakni DKI Jakarta, Aceh, Bali, Banten dan Jawa Barat.

Kebijakan antisipatif masih dan terus dilaksanakan Kemenkes untuk menekan Angka kesakitan dan Angka Kematian akibat GGA.

Ilustrasi gangguan ginjal
Ilustrasi gangguan ginjal (freepik.com)
2 dari 3 halaman

 Dari sisi tracing, sejak Agustus lalu Kemenkes bersama seluruh dinkes dan RS melakukan kegiatan surveilans untuk mendata semua prov/kab/kota yang melaporkan kasus GGA untuk mempercepat penanganan ini.

Kegiatan surveilans ini, ditindaklanjuti dengan pemeriksaan laboratorium juga pemeriksaan intoksikasi kemungkinan zat toksik,  untuk mengetahui penyebab pasti kasus GGA .

Dari sisi terapeutik, sebagai langkah awal Kemenkes telah mendatangkan 30 vial Antidotum Fomepizole dari Singapura yang akan datang secara bertahap.

Baca juga: Gagal Ginjal Akut pada Anak Tidak Berhubungan dengan Vaksinasi hingga Infeksi Covid-19, Cek Faktanya

 Jubir Syahril merinci, sebanyak 20 vial sudah tiba di Indonesia pada 10 dan 18 Oktober lalu dan telah digunakan untuk pengobatan di RSCM. Hasilnya, kondisi pasien GGA mengalami perbaikan.

Selanjutnya, 10 vial lagi yang dijadwalkan tiba hari, akan didistribusikan ke RS rujukan pemerintah yang merawat pasien GGA.

Selain Singapura, Kemenkes juga mendatangkan 16 vial Antidotum Fomepizole dari Australia pada 22 Oktober lalu dan telah didistribusikan ke sejumlah rumah sakit diantaranya RS M. Djamil Padang, RS Soetomo Surabaya, RS Adam Malik medan, dan RS Zainul Abidin Aceh.

Ilustrasi ginjal
Ilustrasi ginjal (health.grid.id)

 Tak hanya itu, sebagai hasil diplomasi bilateral dengan Canada saat Pertemuan Menteri Kesehatan Negara  G20, Indonesia juga mendapatkan donasi dari Takeda berupa 200 vial Antidotum Fomepizole yang akan tiba minggu depan.

Setibanya di Indonesia, obat injeksi ini akan langsung didistribusikan ke seluruh RS pemerintah dan diberikan gratis kepada seluruh pasien.

Baca juga: Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) Bukan Bahan Baku Obat, Melainkan Kontaminan

"Obat Fomepizole sepenuhnya diberikan secara gratis kepada pasien sebagai bagian dari terapi/pengobatan," tegas Jubir Syahril.

Selain itu upaya antisipatif dsri pemerintah, pihaknya menghimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak perlu panik berlebihan. Yang terpenting, masyarakat dapat berpartisipasi penuh untuk mengantisipasi GGA pada anak dengan selalu waspada dan untuk sementara waktu tidak memberikan obat dalam bentuk cair/sirup kepada anak.

3 dari 3 halaman

Terakhir, Jubir Syahril menekankan bahwa dukungan seluruh pihak juga sangat menentukan keberhasilan penanganan GGA di Indonesia.  

Ilustrasi pemberian obat pada pasien GGA
Ilustrasi pemberian obat pada pasien GGA (parapuan.co)

 "Diharapkan semua pihak untuk dapat bersinergi dan berkolaborasi untuk menyelamatkan nyawa anak Indonesia sebagai prioritas utama. Tujuan kita adalah demi kesehatan masa depan anak anak kita," tutup Jubir Syahril.

Baca juga: dr. Ayodhia Pitaloka Pasaribu Tegaskan jika Parasetamol Tidak Menjadi Pemicu Gangguan Ginjal

TRIBUNHEALTH

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comdr. Hendra Nurjadin Sp.PD-KGEH.MaagLambungAsam Lambungdispepsiagagal ginjal akutsirupdr. Mohammad Syahril Sp.P. MPH Makchanggui
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved