TRIBUNHEALTH.COM - drg. Anastasia menyampaikan, hyperaktif kadang kala dipicu oleh sesuatu dan sering kali dipicu oleh subconcious.
Kondisi subconcious bisa terjadi oleh banyak sekali pemicu, bisa hal-hal terjadi setelah lahir maupun terjadi ketika masih didalam kandungan.
drg. Anastasia juga mengatakan bahwa proses subconcious adalah proses yang panjang.
Selama ini drg. Anastasia dalam mengatasi kasus-kasus efek negatif dari kebiasaan buruk bruxism, kebetulan memang sebagian besar karena subconcious.
Dikarenakan kondisi psikologi yang belum tentu disadari oleh penderitanya dan lebih banyak dikarenakan subconcious.
Baca juga: drg. Anastasia Jelaskan Dua Jenis Bruxism, Kebiasaan Buruk Menggertakkan Gigi
Itulah mengapa, biasanya pada kasus-kasus tertentu membutuhkan dukungan dari psikiater maupun psikolog.
Termasuk mereka yang ahli membimbing dengan cara-cara meditasi, selain itu juga kolaborasi dengan dokter spesialis akupunktur.
drg. Anastasia menyampaikan, WHO dan American Academy of Medical Acupunture juga merekomendasikan akupunktur untuk bisa mensupport terapi dari efek lanjut kejadian kebiasaan buruk bruxism.
Tetapi pendekatan secara psikologi memiliki peran yang signifikan.
Pada beberapa kasus bahkan tidak membutuhkan waktu yang sangat lama, menurut kerabat yang tidur bersama penderita bruxism.
Baca juga: Kebiasaan Buruk Bruxism Ternyata Membahayakan Kesehatan, Ini Kata Dokter Gigi
Bahkan hanya dalam hitungan minggu saja bisa terbantu, dikarenakan motivasi yang kuat dari oenderita untuk bisa kooperatif dengan tindakan yang dilakukan oleh dokter.
Banyak jenis tindakan yang bisa dilakukan oleh dokter, tergantung dari :
- Etiologi kejadian
- Keparahan
- Persetujuan dari keluarga
Bicara tentang efek lanjut dari kebiasaan buruk bruxism butuh kerjasama sungguh antara dokter gigi, pasien, keluarga dan ahli-ahli terkait bila diperlukan seperti psikiater, psikolog, termasuk dokter spesialis akupunktur.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribunnews.com bersama dengan drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati. Seorang dokter gigi.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)