TRIBUNHEALTH.COM - Demensia merupakan suatu sindrom, yakni kumpulan suatu gejala yang merupakan penurunan fungsi intelektual dibandingkan dengan sebelumnya dan terjadi cukup berat, hingga akhirnya akan mengganggu aktivitas sosial dan profesional pasien.
Gangguan tercermin dengan adanya gangguan aktivitas sehari-hari pasien dan bisa terjadi perubahan perilaku pada pasien tersebut.
Jika seseorang mengalami demensia, yang terjadi pertama adalah penurunan gangguan memori.
Pasien akan mengalami gangguan memori yang disertai dengan minimal 2 atau lebih dari gejala kognitif lainnya, bisa mengenai fungsi bahasa, atensi, orientasi, praksis, visuospasial dan juga bisa terjadi gangguan perilaku.

Baca juga: Benarkah Seseorang yang Terinfeksi Covid-19 Bisa Tingkatkan Risiko Demensia? Begini Kata Psikolog
Pada demensia, di otak terjadi suatu masalah dalam fungsi otaknya.
Misalnya pada demensia yang disebabkan oleh stroke bisa terjadi sumbatan pada pembuluh darah dan akibatnya akan mengganggu fungsi otak.
dr. Ermawati menyampaikan, penyebab dari demensia sebenarnya tergolong banyak.
Salah satunya disebut dengan demensia vaskuler, penyebabnya adalah gangguan pada pembuluh darah otak dan biasanya disebabkan oleh stroke.
Pada demensia alzeimer penyebabnya lain dan terjadi perubahan struktur di neruon otak.
Biasanya dijumpai Neurofibrillary tangles dan terdapat Amyloid plak.
Baca juga: Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, hingga Hobi Seseorang Dapat Berpengaruh terhadap Risiko Demensia
Demensia dapat terjadi karena beberapa faktor resiko, dan faktor resiko yang menyebabkan demensia tergolong banyak.
dr. Ermawati menyampaikan bahwa trauma, infeksi otak juga bisa menyebabkan demensia.
Perlu diketahui, defisiensi atau kekurangan vitamin B1, B12 kedepannya bisa menyebabkan demensia.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Health bersama dengan dr. Ermawati Sudarsono, Sp.N. Seorang dokter spesialis neurologi Rumah Sakit Hermina Solo.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)