TRIBUNHEALTH.COM - Penelitian terbaru menemukan bahwa makan telat mungkin berkontribusi pada penambahan berat badan.
Penelitian menyebut bahwa hal itu dapat meningkatkan rasa lapar dan mengurangi kalori yang dibakar tubuh, dilansir TribunHealth.com dari berita Insider pada Rabu (5/10/2022).
Kebiasaan makan telat dapat mengubah kadar 'hormon kelaparan', metabolisme, dan penyimpanan lemak, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan 4 Oktober di Cell Metabolism itu.
Para peneliti dari Brigham and Women's Hospital, Harvard Medical School, dan University of Chicago mengamati 16 orang dewasa dengan kelebihan berat badan atau obesitas saat mereka mengikuti dua rencana makan enam hari.
Satu rencana makan adalah sarapan pada pukul 10 pagi, makan siang pada pukul 2 siang, dan makan malam pada pukul 6 sore.
Sementara satu rencana yang lainnya dengan jadwal makan masing-masing empat jam kemudian.
Baca juga: Tempe dan 3 Makanan Berikut Baik untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi

Kedua kelompok mengonsumsi makanan yang identik.
Para peneliti ingin menguji apakah waktu makan membuat perbedaan nafsu makan dan metabolisme jika faktor lain seperti kalori dan bahannya sama.
Peserta diminta untuk menilai seberapa lapar yang mereka rasakan selama percobaan, dan peneliti mengukur berapa banyak kalori yang mereka bakar dan bagaimana kadar hormon mereka berubah.
Orang yang makan terlambat cenderung lebih lapar
Data menunjukkan bahwa partisipan dua kali lebih mungkin merasa lapar selama mengikuti pola makan terlambat.
Mereka memiliki tingkat leptin yang lebih rendah, hormon yang memberi sinyal kenyang setelah makan.
Baca juga: 4 Efek Samping Makan Terong yang Bisa Terjadi, Mulai dari Alergi hingga Risiko Batu Ginjal

Bakar lebih sedikit lemak
Waktu makan tampaknya juga berpengaruh terhadap metabolisme.
Orang yang terlambat makan juga membakar sekitar 60 kalori lebih sedikit setiap hari, jika dibandingkan saat mereka makan di pagi hari.
Menyimpan lemak
Para peneliti juga menemukan bahwa makan di sore hari tampaknya meningkatkan proses seluler untuk menyimpan lemak, dan memperlambat proses yang terkait dengan pembakaran lemak.
Hasilnya menunjukkan bahwa makan di kemudian hari mungkin terkait dengan perubahan sel yang mendorong peningkatan jaringan lemak, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikannya, tulis penulis penelitian.
Temuan ini dapat membantu menjelaskan mengapa bukti sebelumnya mengaitkan makan larut malam dengan risiko obesitas yang lebih tinggi, menurut para peneliti.
Baca juga: Tak Selalu Berbahaya, Ini Perbedaan Lemak Jenuh, Lemak Tak Jenuh, dan Lemak Trans

Kelemahan penelitian
"Dalam penelitian ini, kami bertanya, 'Apakah waktu yang kita makan penting ketika segala sesuatunya tetap konsisten?'" Nina Vujovi, penulis pertama studi dan peneliti di Brigham and Women's Hospital, mengatakan dalam siaran pers.
"Dan kami menemukan bahwa makan empat jam kemudian membuat perbedaan yang signifikan untuk tingkat rasa lapar kita, cara kita membakar kalori setelah makan, dan cara kita menyimpan lemak."
Namun, penelitian ini kecil, sehingga hasilnya perlu direplikasi dengan kelompok yang lebih besar dan populasi yang lebih luas, termasuk lebih banyak perempuan.
Pasalnya dalam penelitian itu, mereka terdiri kurang dari setengah dari jumlah peserta.
Para peneliti juga mencatat bahwa sementara mereka mengendalikan faktor gaya hidup lain seperti asupan kalori total, waktu tidur, paparan cahaya, dan jumlah peserta olahraga.
(TribunHealth.com/Nur)