TRIBUNHEALTH.COM - Berbicara tentang disabilitas ternyata memiliki banyak ragam.
Kebijakan dari Dinas Kementrian Sosial terdapat beberapa macam, yakni :
- Disabilitas fisik
Terkait dengan ketidakmampuan misalnya lumpuh maupun amputasi sehingga harus menggunakan alat bantu kursi roda maupun tongkat.
- Disabilitas Intelektual
Terkait dengan daya pikir seseorang, misalnya orang dengan lambat balajar.
Seseorang yang lambat dalam belajar juga terlambat dalam menerima informasi.
Baca juga: dr. Vincentus Yoshua, Sp.KFR Jelaskan Mengenai Disabilitas dalam Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
- Disabilitas mental
Terkait dengan masalah gangguan jiwa yang sedang dan berat.
Contohnya depresi, cemas, skizofrenia dan bipolar.
- Disabilitas sensorik
Terkait indera-indera, misalnya tidak bisa melihat (disabilitas netra), tidak bisa mendengar (disabilitas tuli), dan tidak bisa bicara (disabilitas wicara).
Pada disabilitas intelektual biasanya diketahui ketika sudah masuk ke dalam dunia sekolah seperti SD.
dr. Tika menyampaikan, biasanya anak-anak dengan disabilitas intelektual terlihat ketika memasuki usia sekolah, dimana prestasi akademiknya selalu dibawah rata-rata dan sulit untuk mengikuti kegiatan-kegiatan belajar.
Baca juga: Inilah Dampak Jangka Panjang yang Bisa Terjadi Jika Isu Kesehatan Mental Tidak Segera Diatasi
Seringkali lingkungan membuat stigma anak disabilitas menjadi anak yang bodoh ketika tidak bisa menangkap informasi atau anak tersebut dianggap sebagai anak yang malas karena tidak bisa mengerjakan tugasnya.
Ketika orangtua mengetahui anak mengalami disabilitas, yang perlu dilakukan pertamakali adalah menerima kondisi anak dengan sepenuh hati.
Untuk kelanjutannya, sebaiknya orangtua memeriksakan anak.
Terkait dengan masalah belajar maupun terkait engan masalah kehidupan anak mungkin tidak seperti anak lainnya.
Orangtua harus tanggap dengan kondisi anak dan perlu memeriksakan anak ke profesional seperti dokter anak, psikiater maupun psikolog.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Jogja bersama dengan dr. Tika Prasetiawati sp.KJ. Seorang dokter spesialis kedokteran jiwa RS UGM.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)