TRIBUNHEALTH.COM - Usus buntu adalah salah satu kondisi yang perlu mendapatkan penanganan serius.
Penyakit usus buntu identik dengan rasa nyeri pada bagian perut.
Bila berlanjut semakin parah, usus buntu akut bisa menjadi kondisi peritonitis atau usus buntu pecah.
Baca juga: dr. Andreas: Penyebab Usus Buntu karena Lumen Usus Tidak Sepenuhnya Lurus dan Bagus
Untuk membedakan kedua kondisi di atas, bisa dilihat dari rasa nyeri yang dialami.
Menurut penuturan dr. Andi Siswandi, Sp.B, bila mengalami usus buntu akut rasa nyeri hanya berada pada area perut bawah.
Berbeda jika mengalami peritonitis, rasa nyeri bisa berada di seluruh permukaan perut.
"Kalau udah peritonitis, usus buntu pecah maka seluruh lapangan perut nyeri," katanya dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
Bahkan rasa nyeri tersebut cukup mudah diidentifikasi hanya dengan menempelkan jari pada area perut.
Selain cara di atas, untuk membedakannya bisa dilihat dengan hasil laboratorium.
Baca juga: 6 Pemicu Sakit Perut Bawah selama Kehamilan, Termasuk Nyeri Ligamen Bundar hingga Kontraksi Palsu
Perhatikan tingkat infensi melalui leukosit (pertahanan tubuh). Angka normal berkisar 5000 sampai 10.000.
Jika akut mencapai 15.000 sedangkan peritonitis melebihi angka 20.000.
Dengan leukosit, bisa dilihat tingkat infeksi ringan, sedang, atau berat.
Penyebab Usus Buntu
Seseorang yang mengalami masalah usus buntu dianjurkan segera konsultasi dengan dokter.
Jangan pernah diabaikan hingga berujung kronis lalu menjadi usus buntu pecah.
Baca juga: dr. Andreas Cahyo Nugroho, Sp.B Paparkan Gejala yang Bisa Dirasakan Ketika Alami Radang Usus Buntu
Terlihat sepele, sebenarnya penyakit usus buntu dipicu oleh pola makan yang tidak baik.
Pola makan yang tidak baik ini artinya penderita kurang konsumsi:
- Sayur
- Buah
- Air putih
- Terlalu banyak konsumsi junk food
Baca juga: Anak Terlanjur Suka Makan Junk Food, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua menurut Kacamata Dokter
"Serat kurang menyebabkan feses mengeras, lalu masuk ke lubang usus buntu (terjebak)," terang Andi dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
Padahal yang namanya feses penuh dengan bakteri maka akhirnya menimbulkan sumbatan di usus buntu. Lambat laun, sekitar 2 hingga 3 hari akan meradang.
Pada masa ini, pasien biasanya akan mengeluhkan rasa:
- Tidak nyaman
- Mual
Baca juga: Demam dan Mual Merupakan Gejala Peritonitis, Kenali Cara Mengatasinya dari dr. Andi Siswandi, Sp.B
- Maag
- Nyeri di ulu hati yang lalu berpindah ke perut kanan bawah.
Tanda di atas sangat khas bagi para penderita usus buntu.
Waspada Nyeri Perut
Nyeri perut adalah keluhan yang banyak dialami masyarakat.
Keluhan nyeri perut ini, bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor penyebab.
Mulai dari hal yang sederhana hingga kompleks, seperti tanda penyakit berbahaya.
Salah satu tanda penyakit yang mencetuskan keluhan nyeri perut ialah usus buntu.
Seseorang yang mengalami keluhan nyeri perut tanda usus buntu sebaiknya tidak asal untuk melakukan pijat urut.
Karena rupanya, tindakan pemijatan tersebut bisa berisiko membuat usus buntu menjadi pecah.
Baca juga: Usus Buntu Pecah Bisa Sebabkan Kematian, Dokter Sebut Faktor Pencetusnya yang Tidak Disadari
"Bila mengalami nyeri perut kanan bawah selama 2 sampai 3 hari lalu diurut, maka usus buntu bisa pecah," kata Andi.
Tanda di atas telah merujuk pada kondisi usus buntu akut.
Usus buntu yang pecah tersebut, bisa mengiritasi seluruh dinding perut.
Keadaan ini dinamakan dengan Peritonitis. Menurut Andi, Penyakit Peritonitis sangat mengancam jiwa.
Lantaran, pasien yang biasanya mengalami Peritonis, kondisinya memburuk akibat infeksi yang sudah menyebar di seluruh tubuh.
Oleh karena itu, ia berharap seluruh tenaga medis bisa memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memahami bahaya dari nyeri perut.
Dengan begitu, setiap tanda yang mengarah pada diagnosa nyeri perut, pasien bisa tanggap melakukan pengobatan bersama dokter.
Usus Buntu Kronis
Penyakit usus buntu adalah suat tanda pencernaan mengalami masalah.
Dalam bahasa medis, penyakit usus buntu dikenal sebagai apendiks.
Baca juga: Masyarakat Indonesia Banyak Alami Kanker Usus Besar, Ini Penjelasan Dokter Spesialis Bedah
Sedangkan masyarakat secara awam menyebutnya sebagai umbai cacing.
Seseorang yang mengalami usus buntu, diwajibkan untuk mendapatkan penanganan dokter.
Walau terkenal sebagai penyakit yang cukup serius, sebenarnya usus buntuk telah dimiliki setiap orang.
Usus buntu yang kronis bisa menyebabkan peritonitis.
Peritonitis adalah peradangan yang terjadi pada lapisan tipis di dinding perut (peritonium).
Keadaan Peritonitis disebabkan oleh infeksi yang membuat Peritonium mengalami peradangan.
Seseorang yang mengalami peritonitis akan menunjukkan sejumlah gejala. Di antaranya:
- Nyeri perut kanan bawah selama 2-3 hari.
Baca juga: Tak Perlu Khawatir, Kini Perut Buncit Bisa Diatasi dengan Metode Slimming Treatment
- Selang 5 hari, usus akan pecah lalu berlanjut nyeri pada seluruh perut.
"Jadi awalnya peradangan saja di usus buntu."
"Bila keada tersebut terus dibiarkan, maka bisa pecah, bernanah (menginveksi peritonium)," papar Andi.
Mengatasi Usus Buntu
Solusi yang paling tepat dalam mengatasi usus buntu hanyalah operasi.
"Hanya operasi obatnya, entah itu usus buntu akut atau kronis," ucap Andi.
Meski sama-sama operasi, namun teknik yang dilakukan berbeda.
Jika usus buntu akut, maka sayatannya hanya berkisar 3 sampai 4 cm saja di perut kanan bawah.
Pengobatan pada penderita usus buntu akut ini juga lebih sederhana jika dibanding penderita usus buntu kronis. Begitu pula dengan penyembuhannya yang dianggap lebih bagus.
Namun jika sudah memasuki peritonitis dengan keadaan infeksi yang sudah berlangsung lama dan banyak bakteri pada darah (sepsis), maka prognosisnya lebih buruk.
Mengingat kondisi lebih berat dan bisa berisiko pada kematian.
Baca juga: dr. Andreas Cahyo Nugroho, Sp.B Paparkan Gejala yang Bisa Dirasakan Ketika Alami Radang Usus Buntu
"Hal ini disebabkan lantaran adanya peradangan pada peritonium bisa menyebabkan kematian yang cepat pada pasien," kata Andi.
Penanganan yang terlambat sangat mempengaruhi kesembuhan pasien.
Hal ini tergantung dengan:
- Usia
- Tingkat infeksi
- Lama datang ke dokter
Penjelasan dr. Andi Siswandi, Sp.B ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)