TRIBUNHEALTH.COM - Nyeri perut adalah keluhan yang banyak dialami masyarakat.
Keluhan nyeri perut ini, bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor penyebab.
Mulai dari hal yang sederhana hingga kompleks, seperti tanda penyakit berbahaya.
Baca juga: 6 Pemicu Sakit Perut Bawah selama Kehamilan, Termasuk Nyeri Ligamen Bundar hingga Kontraksi Palsu
Salah satu tanda penyakit yang mencetuskan keluhan nyeri perut ialah usus buntu.
Seseorang yang mengalami keluhan nyeri perut tanda usus buntu sebaiknya tidak asal untuk melakukan pijat urut.
Karena rupanya, tindakan pemijatan tersebut bisa berisiko membuat usus buntu menjadi pecah.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dr. Andi Siswandi, Sp.B.
"Bila mengalami nyeri perut kanan bawah selama 2 sampai 3 hari lalu diurut, maka usus buntu bisa pecah," katanya dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
Baca juga: dr. Andreas Cahyo Nugroho, Sp.B Paparkan Gejala yang Bisa Dirasakan Ketika Alami Radang Usus Buntu
Tanda di atas telah merujuk pada kondisi usus buntu akut.
Usus buntu yang pecah tersebut, bisa mengiritasi seluruh dinding perut.
Keadaan ini dinamakan dengan Peritonitis. Menurut Andi, Penyakit Peritonitis sangat mengancam jiwa.

Lantaran, pasien yang biasanya mengalami Peritonis, kondisinya memburuk akibat infeksi yang sudah menyebar di seluruh tubuh.
Oleh karena itu, ia berharap seluruh tenaga medis bisa memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memahami bahaya dari nyeri perut.
Baca juga: Benarkah Usus Buntu Disebabkan karena Biji Cabai? Simak Penjelasan dr. Andreas Cahyo Sp.B
Dengan begitu, setiap tanda yang mengarah pada diagnosa nyeri perut, pasien bisa tanggap melakukan pengobatan bersama dokter.
Usus Buntu Kronis
Penyakit usus buntu adalah suat tanda pencernaan mengalami masalah.

Dalam bahasa medis, penyakit usus buntu dikenal sebagai apendiks.
Sedangkan masyarakat secara awam menyebutnya sebagai umbai cacing.
Baca juga: Bagaimana Tindakan yang Tepat untuk Penderita Radang Usus Buntu? Begini Penjelasannya
Seseorang yang mengalami usus buntu, diwajibkan untuk mendapatkan penanganan dokter.
Walau terkenal sebagai penyakit yang cukup serius, sebenarnya usus buntuk telah dimiliki setiap orang.
Usus buntu yang kronis bisa menyebabkan peritonitis.

Peritonitis adalah peradangan yang terjadi pada lapisan tipis di dinding perut (peritonium).
Keadaan Peritonitis disebabkan oleh infeksi yang membuat Peritonium mengalami peradangan.
Baca juga: dr. Asdar : Nyeri Perut Tak Boleh Disepelekan, Keluhan Ini Bisa Menyebabkan Penyakit Lainnya
Seseorang yang mengalami peritonitis akan menunjukkan sejumlah gejala. Di antaranya:
- Nyeri perut kanan bawah selama 2-3 hari.
- Selang 5 hari, usus akan pecah lalu berlanjut nyeri pada seluruh perut.

"Jadi awalnya peradangan saja di usus buntu."
"Bila keada tersebut terus dibiarkan, maka bisa pecah, bernanah (menginveksi peritonium)," papar Andi.
Disebut peritonius memiliki beberapa jenis, di antaranya:
Baca juga: dr. Aris Ramadhani: Pemderita Usus Buntu Serangan Akut Disarankan untuk Mempercepat Operasi
1. Peritonitis difus
Adalah peradangan yang ditandai dengan rasa nyeri pada seluruh perut.
2. Peritonitis apendiks

Disebut juga sebagai penderita peritonitos sekunder.
Perbedaan Peritonitis primer dan sekunder
Peritonitis memiliki 2 jenis, yaiti:
- Peritonitis primer
Baca juga: Nyeri Perut Akibat Usus Buntu Bisa Bertambah Parah, Segera ke Dokter jika Merasa Keadaan Makin Buruk
Peritonitid primer merupakan suatu peradangan yang disebabkan oleh peritonium.
- Serta peritonitis sekunder
Keadaan ini bisa dipicu oleh usus buntu, lambung/ usus kecil yang pecah.
Karena organ berongganya pecah, maka cairan yang seharusnya berada di rongga keluar.

Lalu mengiritasi atau melakukan peradangan hebat pada peritonium.
Maka disimpulkan, penderita usus buntu yang pecah memiliki risiko tinggi terhadap kematian.
Baca juga: Jangan Sampai Usus Buntu Pecah, dr. Andreas: Cairan yang Keluar Sebabkan Peradangan di Dalam Perut
Penjelasan dr. Andi Siswandi, Sp.B ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)