TRBUNHEALTH.COM - Bipolar sebenarnya kondisi kesedihan atau depresi yang berlangsung cukup lama.
Namun kemudian ditengah kondisi depresi atau ditengah kondisi kesedihan tersebut muncullah sesuatu yang barangkali menurut penderita membuatnya merasa senang atau adanya harapan baru.
Ketika ada harapan baru, kemudian muncullah kondisi dimana menjadi sangat percaya diri.
Selain sangat percaya diri juga merasa harga dirinya naik.
Harga diri naik mungkin merasa menjadi orang hebat, disertai dengan ide-ide dan gagasan-gagasan yang sangat banyak.
Sehingga ide-ide dan gagasan-gagasan tersebut ingin diucapkan kepada oranglain dengan tujuan ingin segera terealisasi.
Menurut Adib Setiawan, walaupun sebenarnya ide-ide tersebut bisa direalisasikan diwaktu yang akan datang.

Baca juga: Proses Hipnoterapi pada Penderita Bipolar yang Disampaikan oleh dr. Yanne Cholida ACp. Cht, CI, CET
Hanya saja, ketika diwaktu tersebut tidak bisa direalisasikan.
Sehingga ketika orang tersebut ingin bicara dengan orang lain terkesan "adanya keanehan".
Akhirnya muncullah disebut dengan kondisi sedih dan kemudian melompat menjadi kondisi manik atau gembira yang berlebihan.
Penderita bipolar bisa diamati dari yang merasa sangat senang tiba-tiba merasa sedih.
Selain senang maupun sedih yang berlebih, ciri-ciri penderita bipolar yang bisa dikenali yaitu tidak mengalami halusinasi.
Jika seseorang mengalami halusinasi, maka dinamakan skizofrenia.
Adib Setiawan menyampaikan bahwa seseorang yang mengalami sedih terus menerus bisa melopat menjadi manik hingga menjadi bipolar atau bisa juga menjadi skizofrenia.
Baca juga: Gangguan Bipolar Bukanlah Hal yang Harus Dimaklumi, Ini Kata Psikolog
Bipolar bisa disebabkan karena faktor keluarga, karena seringkali manusia memiliki sifat keras kepala.
Ketika seseorang keras kepala, kadang kala memaksakan kehendak.
Contoh, orangtua memaksakan kedendak pada anak.
Jika tidak dikelola akan menjadi suatu tekanan, ditambah dengan interaksi sosial yang kurang juga bisa menjadi faktor penyebab.
Sehingga konflik-konflik ini sulit untuk diselesaikan.
Selain faktor keluarga, ternyata faktor hormon juga bisa menyebabkan seseorang mengalami bipolar yaitu masa transisi dari anak-anak menuju remaja.
Oleh akrena itu banyak penderita bipolar yang mulai mengalami masalah tersebut pada usia SMA atau kuliah, karena pada usia ini termasuk masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.
Baca juga: Anak Bisa Alami Depresi yang Disebabkan Pembullyan hingga Miliki Orangtua Bipolar, Ini Kata Dokter
Sehingga faktor hormonal juga memicu adanya dorongan untuk bekerja keras agar berhasil.
Jika tuntutan-tuntutan tersebut tidak dikelola dingan baik bisa menjadi goyang kepribadiannya.
Bisa dikatakan faktor genetik kemungkinan besar penyebab dari bipolar.
Adib Setiawan menyampaikan bahwa genetik belum tentu genetik dalam arti keturunan, tetapi genetik yang memang didalam keluarga misalkan 7 bersaudara atau 2 bersaudara tetapi tekanannya tinggi.
Artinya sikap-sikap saling menghargai, saling menghormati dan kemandirian kurang dikeluarga tersebut, sehingga situasinya sangat-sangat menekan bahkan membuat bingung bagi penderita.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribunnews bersama dengan Adib Setiawan S.Psi., M.Psi. Soerang psikolog keluarga dan pendidikan anak di Psikolog Indonesia.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)