TRIBUNHEALTH.COM - Ada sejumlah teknik yang bisa dilakukan orangtua untuk mengatasi tantrum pada anak.
Beberapa teknik yang akan dibahas dalam artikel ini antara lain:
- Menawarkan pelukan dan gendongan
- Mengalihkan perhatian
- Meminta untuk menenangkan diri
- Mengabaikan tantrumnya
- Timeout
Psikolog serta profesor di Harvard Medical School, serta salah satu direktur Clay Center for Young Healthy Minds, Ellen Braaten, Ph.D berbicara mengenai hal ini.
Dr. Braaten mengatakan tantrum adalah bentuk ekspresi.
Tantrum tidak jauh berbeda dengan bayi yang menangis karena lapar atau popoknya basah.
“Dengan tantrum, yang sebenarnya dilakukan anak adalah mencoba mengomunikasikan sesuatu kepada Anda dengan cara terbaik yang mereka bisa,” katanya, dilansir TribunHealth.com dari New York Times.
Tantrum anak mungkin merupakan ekspresi lapar, lelah, sakit, atau sekadar frustrasi karena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.
Baca juga: Psikolog Keluarga Adib Setiawan Sarankan Pola Asuh Autoritative untuk Hadapi Balita Tantrum

Kadang-kadang akar penyebab tantrum mudah diidentifikasi dan diatasi.
Misalnya anak yang tantrum karena lapar, akan berhenti ketika diberi makan.
Atau anak yang akan berhenti tantrum setelah istirahat, karena memang kecapekan.
Yang lebih menantang adalah tantrum yang tampaknya tidak memiliki penyebab fisik, tantrum yang dipicu oleh frustrasi murni.
Misalnya ketika anak marah karena tak boleh main pisau atau berlarian di jalan raya.
Dalam kasus seperti itu, mulailah dengan mengungkapkan empati untuk anak.
Tunjukkan bahwa selaku orangtua, Anda peduli dengan keselamatan anak.
Berbagai pilihan penanganan

Sama seperti setiap anak berbeda, setiap tantrum juga berbeda.
Karena tidak ada satu metode pun yang akan menghentikan setiap tantrum setiap kali untuk setiap anak, para ahli kami merekomendasikan untuk membiasakan diri dengan beberapa teknik pengendalian tantrum yang berbeda.
Masing-masing metode berikut akan menjadi lebih mudah dan lebih efektif dengan latihan.
Dilansir TribunHealth.com dari New York Times, berikut ini rinciannya.
Baca juga: Dokter Gigi Imbau Orang Tua Tak Perlu Khawatir Jika Temui Anak Alami Natal Teeth atau Neonatal Teeth
1. Tawarkan pelukan dan gendongan kepada anak dengan tenang
Untuk lebih jelasnya, ini tidak berarti secara fisik menahan anak, atau memaksanya untuk memeluk di luar kehendaknya.
Namun, ungkapan cinta dan kasih sayang orangtua diharapkan dapat menenangkan anak yang merasa kewalahan.

2. Alihkan perhatian
Orangtua dapat mengalihkan perhatian anak dari apa yang menyebabkan tantrum.
Jika, misalnya, kakak atau adik telah mengambil mainannya, orangtua mungkin dapat mengakhiri tantrumnya dengan menawarkan mainan yang lain.
Bentuk gangguan lain yang patut dicoba termasuk pindah ke ruangan lain, atau memutar lagu favorit anak.
Metode pengalihan cenderung bekerja lebih baik pada anak-anak yang lebih muda, yang ingatannya lebih pendek dan yang mungkin melupakan frustrasi mereka dari satu saat ke saat berikutnya.
Baca juga: Tips Memilih Teknik Sunat atau Khitan yang Nyaman dan Aman untuk Anak
3. Anjurkan teknik menenangkan diri
Ini membutuhkan sedikit perencanaan lanjutan, tetapi anak-anak yang lebih besar dapat diajari teknik-teknik seperti menarik napas dalam-dalam atau menghitung mundur, dan dapat diingatkan untuk mencobanya ketika mengamuk.

4. Abaikan tantrumnya
Untuk lebih jelasnya, ini tidak berarti mengabaikan anak sepenuhnya.
Orangtua harus tetap berada di kamar dan tetap tersedia secara fisik dan emosional.
Namun, orangtua dapat menolak untuk terlibat dengan tangisan dan jeritan, dan alih-alih fokus membantu anak dengan kebutuhan yang tidak terkait.
“Misalnya, jika anak Anda merengek dan menangis karena tidak bisa memakai pakaian favoritnya,” kata Dr. Vasco Lopes, Psy.D., asisten profesor psikologi klinis di Columbia University Irving Medical Center.
Baca juga: Usia Paling Tepat Lakukan Sunat pada Anak Laki-laki, Dokter Jelaskan Pertimbangan Medis
“Anda bisa mengabaikan aspek dari apa yang mereka katakan dan masih memperhatikan mereka dengan cara lain, katakanlah, membantu mereka mengenakan sepatu mereka.”
Pada anak yang lebih besar, mengabaikan tantrum akan sangat efektif jika, orangtua malah dapat berfokus pada perilaku yang layak mendapat perhatian positif.
Misalnya, jika anak masih menangis, tetapi sudah berhenti menghentakkan kakinya, pujilah dia untuk itu.
5. Beri timeout atau "batas waktu" yang sangat singkat

Timeout tidak berarti menempatkan anak di sudut atau mengirimnya ke kamarnya sebagai hukuman.
Pada metode ini, orangtua memberi tahu anak dengan suara tenang bahwa orangtua akan menunggunya untuk tenang, dan bahwa orangtua berharap untuk berbicara lagi setelah mereka tenang.
Metode ini sangat berguna ketika orangtua sendiri merasa kewalahan.
Orangtua bahkan dapat mengakui perasaan ini kepada anak sebagai cara untuk mengekspresikan empati.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)