TRIBUNHEALTH.COM - Kondisi gigi patah bukan karena kecelakaan terbentur benda keras maupun terjatuh hingga membentur tanah saja.
Gigi patah tenyata bisa terjadi akibat menggigit makanan yang keras.
Seringkali diduga gigi susu ternyata gigi yang patah adalah gigi permanen atau sebaliknya.
Selain itu perlu diketahui juga apakah kondisi gigi tersebut baik-baik saja ataukah gigi yang sejak sebelumnya sudah mengalami proses karies.
Karena pada kejadian proses karies, dimana terjadi demineralisasi oleh aktivitas mikroorganisme membuat material gigi menjadi lebih getas.
Apalagi jika gigi tersebut pulpa, jaringan yang berisi saraf, pembuluh darah dan limfa sudah mengalami proses kematian gigi.
Baca juga: Apakah Delirium Berhubungan dengan Psikotik? Berikut Penjelasan Dokter
Kematian gigi seperti gigi mengalami nekrose, dan gangren oleh berbagai sebab memicu kejadian gigi yang mudha fraktur.
drg. Anastasia menyampaikan, perlu diketahui terlebih dahulu usia pasien sehingga bisa memprediksi apakah gigi permanen maupun gigi susu.
Selain itu perlu diketahui gigi tersebut sebelumnya apakah memang sudah terdapat karies ataukah gigi yang sehat dan makanan yang diknsumsi sebelumnya.
Pada beberapa kasus ketika pasien mengonsumsi makanan panas tiba-tiba dingin, biasanya terjadi proses keretakan pada lapisan pertama gigi.
Tetapi jika kondisi gigi tersebut sudah berlubang, bisa sampai pada lapisan ke dua gigi atau dentint.
Baca juga: Bagaimana Metode Sunat Dilakukan, Dok? Begini Penjelasan dr. Irmadani Intan Pratiwi
Bahkan pada kasus dimana sudha terjadi gangguan gangren, nekrose, gigi mati, atau gigi membusuk oleh aktivitas mikroorganisme bahkan gigi bisa terbelah menjadi 2.
drg. Anastasia menyampaikan, gigi terbelah menjadi 2 sering terjadi pada gigi gangren yang belum dirawat dengan ideal atau gigi yang sudah dirawat tetapi tidak dilakukan tindakan oenguatan atau pembuatan crown, sehingga saat gigi menggigit makanan keras bisa terjadi fraktur.
Fraktur yang terjadi apabila hanya sebatas mahkota akan tampak dan bisa dilakukan reparasi atau perbaikan.
Tetapi jika sampai melibatkan akar gigi, ada yang masih bisa dilakukan tindakan perbaikan dan ada yang memang terapinya perlu diekstraksi.
Penanganannya tergantung dari kasus yang dialami oleh pasien.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Bogor bersama dengan drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati. Seorang dokter gigi.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)