TRIBUNHEALTH.COM - Tanpa disadari, penyakit stroke bisa menngintai siapa saja.
Seringkali penyakit stroke dianggap hanya bisa terjadi pada usia lanjut saja.
Nyatanya banyak usia muda mengalami gejala stroke maupun stroke ringan.
Seseorang dengan stroke perlu mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat agar tidak mengalami kejadian fatal.
Stroke merupakan kondisi medis yang menakutkan dan mengancam jiwa, namun begitu pasien mulai pulih, pasien akan mengalami dampak pada kualitas hidup yang disebabkan oleh kerusakan.

Baca juga: Pentingnya Mencuci Tangan sebelum Makan, Guna Hindari Virus Penyebab Gastroenteritis
Pemulihan stroke tergantung pada pengobatan, recovery spontan, rehabilitasi dan pelayanan sosial karena setiap kasus pasien proses pemulihannya berbeda.
Beberapa pasien stroke mengalami pemulihan spontan, tetapi sebagian besar penderita stroke memerlukan rehabilitasi untuk memulihkan kemampuan fungsionalnya.
Rehabilitasi medis bekerja sebagai tim, yang terdiri atas Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis okupasi, terapis wicara, orthotik prosthetik, psikolog, dan rohaniawan.
Semua profesi ini memiliki kekhususan masing-masing dan bekerja sama dalam penanganan pasien.
Baca juga: dr. Rani Himayani Sp. M: Lensa Kontak yang Sudah Tidak Digunakan Berhari-hari Tidak Aman Digunakan
Misalnya, terapi okupasi berperan dalam latihan fungsional aktivitas hidup sehari-hari (ADL) dengan menggunakan potensi yang tersisa atau memodulasi gejala sisa, melatih motorik halus, kognitif dan perilaku.
Terapis wicara berperan dalam penanganan pada gangguan fungsional oral motor.
Pasien akan medapatkan terapi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien.
Berapa lama masa pemulihan seseorang yang mengalami stroke?
Begini penjelasan dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K.
Nilla adalah seorang Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Konsultan.
Nilla Mengawali karirnya sebagai dokter umum di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 2010.
Baca juga: Ragam Faktor yang Membuat Kehamilan Tertunda, Ini Penjelasan dr. Maria Ratna Andijani, Sp.OG, M.Med
Kemudian pada 2010 Nilla menekuni profesinya menjadi dokter rehabilitasi medik.
Pada tahun yang sama hingga saat ini, Nilla juga masih aktif menjadi Dosen Departemen kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK-UNHAS.
Berkat kemampuannya, pada 2011 hingga 2013 ia dipercaya sebagai Kepala Seksi Pelayanan Medik Rawat Inap RSUP.dr Wahidin Sudirohusodo.
Dilanjutkan pada 2015 sampai 2019 menjadi Kepala seksi Pelayanan Medik Rawat jalan.
Karena pengalaman dan kemampuannya, pada 2019 hingga sekarang, ia berpraktek dan sekaligus menjabat sebagai Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP.dr.Wahidin Sudirohusodo.
Baca juga: Perlukah Mengganti Pasta Gigi untuk Gigi Sensitif? Begini Kata drg. Anastasia
Kompetensi yang dimiliki oleh Nilla tidak bisa diragukan.
Tercatat, berdasarkan daftar riwayat hidup yang diterima oleh Tribunhealth, dirinya telah menempuh berbagai jenjang pendidikan dan lulus dari sejumlah universitas ternama di Indonesia dan luar negeri.
Berikut di antaranya:
1. Profesi Dokter Umum Universitas Hasanuddin (2002)
2. Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2010)
3. Magister Kesehatan di Universitas Padjadjaran (2009)
4. Fellowship Pediatric Rehabilitasi (2016)
5. Konsultan Rehabilitasi Anak, Kolegium IKFR (2020).
Profil lengkap dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K bisa dilihat disini.
Baca juga: dr. Binsar Martin Peringkatkan untuk Waspada Gejala HIV yang Tidak Langsung Menunjukkan Infeksi
Pertanyaan :
Berapa lama masa pemulihan seseorang yang mengalami stroke?
Anggra, Solo
dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K menjawab :
Sebagian besar pemulihan fisik setelah stroke terjadi dalam enam bulan pertama.
Namun dapat berbeda di setiap kasus karena adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemulihan fungsional pasien, diantaranya luas dan letak lesi di otak, komorbiditas dan penyulit, usia pasien, motivasi dan personalitas pasien, ada tidaknya komplikasi muskuloskeletal, peran keluarga/ primary care giver, dan tingkat ketersediaan Fasilitas dan SDM Rehabilitasi.
Adanya input (terapi) lebih lanjut dapat mencegah penurunan keadaan umum yang sering terjadi setelah stroke.
Sebenarnya, dengan atau tanpa rehabilitasi, sistem saraf mampu melakukan pola reorganisasi, yakni membentuk sirkuit jaras yang baru, revaskularisasi dan aktivasi jaringan perilesional.
Namun, rehabilitasi membuat pola reorganisasi ini menjadi lebih terarah dengan utilisasi energi se-efisien mungkin.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)