TRIBUNHEALTH.COM - Gigi bungsu merupakan gigi geraham ketiga atau terakhir yang berada di ujung distal korpus mandibula yang terhubung dengan ramus mandibula yang relatif tipis.
drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati mengatakan jika gigi bungsu biasanya erupsi terakhir kali.
Biasanya gigi bungsu tumbuh di fase ketika seseorang sedang tumbuh menuju fase usia dewasanya.
"Itu biasanya tumbuh pada kisaran usia 17 hingga 21 tahun bahkan ada beberapa peneliti juga yang membuat kisarannya lebih lebar antara 16 hingga 26 tahun," ungkapnya.
"Gigi ini uniknya acap kali ada sedikit anomali dan itu persentasenya lumayan besar untuk generasi manusia era sekarang di mana persentase kejadiannya memang tinggi sekali," paparnya.
Baca juga: dr. Connie Calista Tham Paparkan Beberapa Makanan yang Tidak Baik Dikonsumsi untuk Penderita Jerawat
Hal ini disampaikan oleh Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter edisi 11 Maret 2022.

Baca juga: Setelah Melakukan Chemical Peeling Jerawat Punggung, Dokter Sarankan Rutin untuk Gunakan Moisturizer
"Artinya pada sebagian besar orang mengalami anomali. Nah, anomali ini di antaranya adalah berupa impaksi yang terutama dipicu oleh pertumbuhan dan bentuk dari tulang rahang kemudian oleh proses erupsi atau tumbuhnya gigi geligi dari sang pemilik raga," sambungnya.
Impaksi yang terjadi merupakan sesuatu yang oleh karena ketidaksesuaian antara ukuran dan bentuk dari gigi terhadap rahangnya.
Akibatnya terjadilah kejadian anomali.
Anomali gigi bungsu tidak hanya terkait impaksi tetapi semisal kejadian-kejadian infeksi pada jaringan di atas gigi geraham bungsu yang terjadi akibat gigi bungsu belum mengalami erupsi atau belum tumbuh sempurna kemudian di atasnya masih terdapat selaput mukosa yang mana dalam kesehariannya sering mengalami trauma berupa kejadian tergigit-gigit oleh gigi antagonis atau gigi lawannya.
Alhasil memicu kejadian operkulitis.
Anomali lain yang biasa terjadi adalah perikoronitis.
Baca juga: Ketahui Perbedaan Antara Facemask dan Headgear, drg. Ardiansyah S. Pawinru: Beda Indikasi

Baca juga: Tak Perlu Khawatir, Kini Pasien Bisa Melakukan Konsultasi Online dengan Dokter Sebelum ke Klinik
Perikoronitis merupakan infeksi jaringan lunak sekitar mahkota gigi sebagian terimpaksi.
Pada umumnya perikoronitis disebabkan oleh flora normal dalam rongga mulut.
Gejala perikoronitis bisa berupa rasa sakit di regio, pembengkakan, bau mulut, dan pembengkakan limfonodi submandibular.
drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati menuturkan jika perikoronitis adalah kejadian peradangan pada gusi sekitar gigi yang belum tumbuh sempurna terkait gigi bungsu.
"Bisa dipicu oleh semisal karena gusinya membuka sedikit maka kantong tersebut bisa memicu kejadian terfiksasinya food debris atau sisa makanan ke area tersebut. Sulit dibersihkan atau terlambat dibersihkan yang nantinya bisa memicu kejadian peradangan," lanjutnya.
Menurut drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati kondisi ini yang paling sering dialami pasien yang mana menyebabkan rasa nyeri atau rasa sakit.
Tak hanya itu saja, anomali lain yang bisa terjadi adalah kejadian karies.
"Jadi anomali-anomali, gangguan, kerusakan pada gigi bungsu yang sedang proses tumbuh atau sudah tumbuh tetapi kondisinya tidak ideal, posisinya tidak ideal," pungkasnya.
"Artinya gangguan itu bisa melibatkan dari lapisan pertama gigi yang bagian terluar atau enamel, dentin, bahkan hingga pada lapisan terdalam yaitu area pulpa," tuturnya.
Di mana kondisi ini bisa memicu kejadian-kejadian peradangan dan gangguan-gangguan pada gigi yang juga bisa menyebabkan infeksi pada area gigi sendiri hingga melintasi ke area jaringan pendukung gigi.
Baca juga: dr. Caryn Tak Sarankan Pasien Konsumsi Obat Pengencer Darah 3 Hari Sebelum Perawatan Dagu Berlipat

Baca juga: Pigmentasi Gusi Tanda Adanya Anomali, Ini Penjelasan drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati
Penjelasan Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter edisi 11 Maret 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.