TRIBUNHEALTH.COM - Scalling gigi sering dianjurkan sebagai salah satu penanganan dalam mengatasi karang gigi.
Beberapa orang menyebut, metode scalling ini bisa dilakukan sesering mungkin meskipun tanpa adanya karang gigi yang timbul.
Namun apakah hal tersebut memang dianjurkan oleh dokter gigi?
Baca juga: Alasan Harus Periksa Rutin 6 Bulan Sekali ke Dokter Gigi, Ketahui Beragam Pemeriksaan yang Dilakukan
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Sumsel, drg. Zaida Dahlia Wattimena memberikan ulasannya.
Berdasarkan penjelasan Zaida, scalling gigi sebenarnya tidak perlu rutin dilakukan asal cara menyikat giginya tepat.
Metode scalling gigi yang dianjurkan dilakukan maksimal 6 bulan sekali. Itupun jika terdapat karang gigi.
Karena setelah dibersihkan, dalam kurun waktu 2 tahun biasanya karang gigi tidak akan muncul.
Meskipun ada, biasanya jumlahnya sangat sedikit.
Baca juga: Mengunyah Satu Sisi Sebabkan Penumpukan Karang Gigi, Begini Penjelasan drg. Megananda
"Biasanya scalling itu paling sering 1 tahun sekali," imbuh Zaida.
Rutin Kontrol Gigi
Prinsip dalam merawat kesehatan gigi adalah rutin memeriksa gigi minimal 6 bulan sekali.
Bila lebih awal, seperti 3 bulan sekali, maka lebih baik.
Saat ini, sudah banyak orangtua yang mengajak anaknya untuk memeriksakan gigi dengan rentang waktu 3 bulan sekali.
Dengan pemeriksaan gigi secara rutin, bisa mendeteksi permasalahan gigi yang telah dialami.
Karena seringkali permasalahan pada gigi, utamanya gigi belakang terlambat diketahui.
"Kita nggak perhatian pada gigi terutama bagian belakang atas, kita nggak akan tahu apakah ada lubang atau penumpukan makanan."
"Atau karang gigi yang bisa menyebabkan gusi bengkak dan berdarah, jika tidak diperiksa 6 bulan sekali," ucap Zaida.
Baca juga: Pentingnya Sesegera Mungkin Berkumur Setelah Makan dan Minum Agar Terhindar dari Gigi Berlubang
Disamping itu, pemeriksaan rutin juga perlu dilakukan lantaran mulut adalah organ yang selalu digunakan.
Terlebih juga kondisi mulut yang terus berubah-ubah, mewajibkan pemeriksaan rutin 6 bulan sekali harus dilakukan.
Selain untuk mendeteksi masalah gigi dan mulut, pemeriksaan rutin juga bisa terjadi, kata Zaida, lantaran kondisi mulut terus berubah
Pemeriksaan yang Dilakukan
Lebih lanjut, Zaida menjelaskan pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh dokter gigi.
Di antaranya:
1. Gigi atas dan bawah
Baca juga: Sederet Permasalahan Gigi yang Bisa Diatasi dalam 1 Kali Kunjungan ke Dokter Gigi, Simak Berikut Ini
2. Gusi
3. Pemeriksaan karang gigi
4. Pemeriksaan abses
5. Pemeriksaan gigi berjejal
6. Lidah dan jaringan lunak disekitarnya
7. serta kelainan sendi rahang.
Baca juga: Kebiasaan Buruk Berikut Ini Dapat Mempengaruhi Kesehatan Rahang, Simak Ulasan drg. Anastasia
Pemeriksaan rutin 6 bulan sekali ini, wajib dilakukan bagi segala usia.
Mulai dari anak di bawah 5 tahun hingga lanjut usia.
Pentingnya Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut
Masalah kesehatan gigi dan mulut telah banyak dialami oleh masyarakat.
Meski berbagai permasalahan gigi dan mulut telah banyak terjadi, namun rupanya masih banyak masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatan rongga mulut.
Seperti tidak rutin kontrol ke dokter gigi dan melakukan pengobatan gigi bermasalah secara mandiri.
Zaida menjelaskan, kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut yang minim disebabkan karena pengetahuan masyarakat yang masih rendah.
"Untuk orang Indonesia itu mindsetnya 'saya akan ke dokter gigi kalau gigi saya sakit, gusi saya bengkak, merah dan berdarah'," kata Zaida.
Baca juga: Karang Gigi yang Tak Segera Ditangani Bisa Menimbulkan Masalah pada Gigi dan Gusi, Begini Ulasannya
Berbanding terbalik dengan kebanyakan masyarakat di luar Indonesia yang sudah rutin melakukan pemeriksaan ke dokter gigi.
Meskipun tidak memiliki masalah gigi dan mulut.
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap cara merawat kesehatan gigi dan mulut, menyebabkan berbagai permasalahan rongga mulut banyak dialami.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang ditemui salah dalam cara menyikat gigi.
"Jadi asal-asalan, yang penting sudah sikat gigi," imbuh Zaida.
Kebiasaan yang rutin dilakukan setiap hari ini, harus dijalankan dengan teknik yang tepat.
Baca juga: NHS Sebut Anak Boleh Pakai Pasta Gigi Orang Dewasa, Hanya Perlu Menyesuaikan Ukuran Penggunaan
Seringkali masyarakat berprinsip dalam melakukan metode sikat gigi harus dengan bulu sikat yang keras dan cara menyikat yang kencang.
Padahal kedua prinsip di atas tidak dibenarkan.
Zaida menganjurkan untuk memilih permukaan bulu sikat yang halus.
Karena jika menggunakan bulu sikat yang kasar dapat mengikis gusi.
Akhirnya banyak sekali keluhan yang timbul, seperti gusi berdarah.
Selain memilih bulu sikat yang halus, juga penting untuk dipahami dalam teknik menyikat gigi yang benar.
Baca juga: Benarkah Setelah Mengonsumsi Makanan Asam Dilarang Sikat Gigi? Ini Jawaban drg. R. Ngt. Anastasia
Jangan menyikat gigi dengan teknik arah kiri kanan secara kencang.
Padahal cara tersebut hanya membersihkan permukaan gigi saja, tidak secara keseluruhan.
"Itu tidak akan mencapai sela-sela gigi, hanya pada permukaan gigi saja."
"Akhirnya karang gigi tetap menumpuk, meskipun sikat gigi rajin," ucap Zaida.
Maka dari itu, terapkan cara menyikat gigi dari atas ke bawah. Lebih baik daripada dari kiri ke kanan.
Dengan menyikat gigi dari atas ke bawah, maka kotoran pada sela gigi akan terangkat dengan baik.
Lebih lanjut, tidak hanya berfokus pada cara menyikat gigi, penting juga membersihkan lidah.
Baca juga: Lidah Halus Bisa Disebabkan Defisiensi Vitamin B12, Waspada jika Disertai Gejala Berikut
Seringkali kebersihan lidah disepelekan. Padahal lidah juga merupakan bagian dari rongga mulut.
Perlu diketahui bahwa, dengan menyikat lidah dapat terhindar dari permasalahan bau mulut.
Dalam membersihkan lidah, cukup bisa dilakukan dengan memanfaatkan bulu sikat yang halus.
"Ditarik dari belakang ke depan sebanyak 4 kali, baru kumur-kumur," jelas Zaida.
Zaida mengingatkan untuk menyikat gigi 2 kali sehari pada saat pagi hari setelah makan dan malam hari sebelum tidur.
Baca juga: Terlalu Sering Menggunakan Obat Kumur Bisa Menyebabkan Flora Normal di Dalam Rongga Mulut Mati
Penjelasan drg. Zaida Dahlia Wattimena ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Sumsel.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)