TRIBUNHEALTH.COM - Seorang anak yang positif terdiagnosa attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) pasalnya memerlukan penanganan yang khusus.
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) biasa dikenal sebagai gangguan pemusatan perhatian.
Pasalnya ADHD merupakan kondisi kronis berupa kesulitan fokus, hiperaktif, dan impulsif.
Baca juga: Kondisi Gingivitis yang Berlangsung Jangka Panjang dapat Menyebabkan Kejadian Kronis
ADHD seringkali dimulai pada masa kanak-kanan dan bisa juga bertahan hingga seseorang dewasa.
Kondisi ini tentu menyebabkan pengidap rendah diri, memiliki hubungan yang bermasalah, kesulitan dalam sekolahnya maupun pekerjaan.
Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan, Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A (K) yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 12 Februari 2022.
Berdasarkan penuturan dokter penanganan pengidap ADHD dan gangguan berlajar berbeda.
Memerlukan penanganan yang khusus pada anak pengidap ADHD.
Menurut dr. Harsono terdapat dua penanganan pada anak yang mengalami ADHD.
Baca juga: Lubang Gigi yang Tidak Segera Diatasi Meningkatan Resiko Infeksi dan Penanggalan Gigi
Penanganan pertama
Apabila anak sangat aktif dan tidak bisa dikendalikan, maka perlu diberikan obat-obatan.
Pasalnya dahulu sebelum ditemukan obat-obatan khusus untuk pengidap ADHD lebih sulit dalam memberikan terapi.
"Dulu waktu awal-awal membeludaknya atau booming ADHD itu, saya agak kesulitan bagaimana melakukan terapinya," pungkasnya.
"Tapi sudah banyak penelitian dan ditemukan obat yang khusus untuk ADHD itu, baru itu tidak ada masalah lagi untuk memberikan terapi pada anak ADHD," tambahnya.
Obat-obatan penderita ADHD hanya bisa diberikan oleh dokter spesialis anak dan tidak terjual bebas.
Penanganan kedua
Menurut dokter, selain obat-obatan juga perlu yang tanpa obat-obatan.
Dimana meliputi terpai perilaku yang mana konsultan ke psikolog.
Psikolog bisa memberikan nasehat dan edukasi untuk memperbaiki hiperaktif pengidap ADHD.
Berdasarkan penuturan dr. Harsono, psikolog bisa memberikan terapi perilaku.
Tak hanya itu, pengidap juga perlu dilakukan terapi aktivitas fisik.
Dimana anak dilatih bergerak namun berdasarkan tujuannya, seperti senam dan sebagainya.
Baca juga: Pesan Dokter Sebelum Lakukan Perawatan Orthodonti, Simak Ulasan drg. Ardiansyah S. Pawinru Sp.Ort(K)
Selain itu, anak juga perlu dilakukan konseling dengan guru, pengasuh, dan sebagainya.
Menurut dokter masih banyak lagi terapi lainnya yang bisa dilakukan seperti pemberian vitamin D dan lain-lain.
"Jadi ada dua penanganan yaitu obat-obatan dan non obat-obatan," terangnya.
"Terapi obat-obatan hanya bisa diberikan oleh dokter spesialis anak, sementara non obat bisa dilakukan oleh tim," lanjutnya.
Baca juga: Pantangan Setelah Melakukan Perawatan Orthodonti, Ketahui Penjelasan dari Dokter Gigi
Penjelasan Dokter Spesialis Anak Konsultan, Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A (K) dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 12 Februari 2022.
(Tribunhealth.com/Dhianti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.