TRIBUNHEALTH.COM - Mata kering merupakan kondisi medis yang bisa dialami oleh siapa saja.
Salah satu penyebab mata kering adalah penggunaan gadget, baik untuk bekerja ataupun aktivitas lain.
Ketika orang menatap layar komputer selama berjam-jam, mereka lebih jarang berkedip, mengakibatkan mata lelah, tertekan, dan kering.
Pelumasan permukaan mata yang tidak memadai juga dapat menyebabkan penglihatan kabur, dilansir TribunHealth.com dari CNA.
Meskipun masalah mata kering paling sering terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun, masalah ini juga meningkat di kalangan orang dewasa muda.
Kejadian ini, oleh para ahli dikaitkan dengan smartphone dan komputer.
Orang yang lebih muda juga lebih cenderung memakai lensa kontak.
Pemakaian yang terlalu lama juga dapat menyebabkan mata kering.
Baca juga: Berbagai Perawatan dan Pencegahan Mata Kering yang Bisa Dilakukan Mandiri, Kurangi Penggunaan Layar
Baca juga: Mata Merah Disertai Sensasi Terbakar Bisa Jadi Tanda Mata Kering, Simak Gejala Lainnya Berikut Ini

Mata kering adalah gejala khas dari sindrom Sjogren dan gangguan autoimun lainnya yang merusak jaringan pelumas tubuh.
Mata kering juga sering terjadi sementara setelah operasi katarak; operasi mata lasik, yang membentuk kembali kornea untuk meningkatkan penglihatan; dan blepharoplasty, operasi untuk memperbaiki kelopak mata yang terkulai.
Beberapa orang mengalami mata kering kronis karena kelopak mata mereka tidak menutup sepenuhnya saat tidur.
Apakah penggunaan masker pengaruhi mata kering?
Dalam survei online yang diterbitkan pada bulan Januari 2021, dua pertiga responden melaporkan memiliki gejala mata kering, dilansir TribunHealth.com dari CNA, Minggu (26/9/2021).
Di antara mereka, lebih dari semperempatnya mengatakan gejala makin buruk seiring penggunaan masker selama pandemi.
Di antara mereka, lebih dari semperempatnya mengatakan gejala makin buruk seiring penggunaan masker selama pandemi.
Dr. Ira Udell, seorang profesor oftalmologi di Zucker School of Medicine di Hofstra/Northwell menyebut masker memang bisa menyebabkan ketidaknyamanan pada mata.

Baca juga: Amankah Olahraga Bersepeda Tanpa Menggunakan Masker saat Pandemi? Begini Penjelasan dr. Robert Sinto
Baca juga: Rutin Pakai Masker Bisa Picu Jerawat Maskne, Harus Segera Ditangani Agar Tak Berkembang Jadi Serius
Namun dia menegaskan hubungan pemakaian masker dan mata kering tak mungkin, mengingat kelembapan yang dihembuskan saat memakainya.
Masker memang bisa membuat kacamata menjadi berkabut.
Menurutnya, kelembaban itu harusnya juga meningkatkan kelembaban di sekitar mata.
Penjelasan yang lebih mungkin dari temuan tersebut adalah hubungan antara mata kering dan stres terkait pandemi.
Dalam dua penelitian terhadap veteran, peneliti menemukan hubungan kuat antara sindrom mata kering, gangguan stres pasca-trauma, dan depresi.
Pengobatan

Beberapa solusi yang bisa dicoba, misalnya saja menggunakan obat tetes yang mengandung bahan kimia.
Namun pada beberapa orang langkah ini bisa menyebabkan iritasi mata.
Selain itu, obat tetes mata dosis tunggal biasanya hanya digunakan sekali pakai.
Dr. Udell mengatakan bahwa biasanya aman untuk digunakan hingga dua hari jika ingin mengurangi biaya dan pemborosan, selama ujungnya tidak disentuh dan ditutup setelah digunakan.
Selain itu, produksi air mata yang tidak mencukupi juga bisa disebabkan oleh obat-obatan.
Penyebab umum termasuk antihistamin, beta blocker, kontrasepsi oral, diuretik, dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson, gangguan kecemasan, asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan irama jantung yang tidak normal.
Sementara satu penyebab lain yang sibuk dengan mata kering adalah penggunaan layar.
Karena mata menjadi lebih sering berkedip saat beraktivitas di depan layar, sehingga lubrikasi kurang memadai.
Untuk penanganan pasti, disarankan dengan dokter.
Apa lagi jika telah mencoba dengan cara penanganan sederhana atau pun obat yang dijual bebas, namun gagal.
Dokter spesialis mata akan membantu memeriksa mata dan memberikan tindakan yang lebih tepat.
Dengan demikian mata kering tak berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)