TRIBUNHEALTH.COM - Pemerintah terus berupaya mengendalikan penularan COVID-19.
Terutama menjaga agar layanan kesehatan bisa berjalan optimal di tengah kenaikan kasus harian COVID-19 yang sebagian besar disebabkan varian Omicron.
Meskipun COVID-19 varian Omicron ini menular lebih cepat daripada varian Delta sebelumnya, gejala-gejala yang ditimbulkan Omicron tidak seberat gejala Delta.
Baca juga: Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin Beberkan Upaya Pemerintah Dalam Menangani Gelombang Omicron
Namun masyarakat harus tetap waspada karena bisa berbahaya bagi beberapa kelompok tertentu.
Seperti pada lansia, anak-anak, orang dengan komorbid, dan orang yang belum divaksinasi.

"Vaksinasi yang masif ini membantu kita tidak sampai bergejala berat saat terinfeksi virus COVID-19," jelas Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp.THT-KL(K), M.ARS, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan yang dilansir Tribunhealth.com dari situs resmi sehatnegeriku.kemkes.go.id.
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan waspada.
Baca juga: Pemerintah Fokus Vaksinasi Booster Menggunakan AstraZeneca pada 3 Bulan Pertama
"Kita terbiasa melihat angka kasus yang naiknya perlahan saat varian Delta kemarin, jadi ketika melihat lonjakan kasus yang sebagian besar disebabkan varian Omicron menjadi panik."
"Kami imbau masyarakat untuk tetap tenang, namun tetap waspada. Meskipun kasus naik dengan cepat karena penyebaran virus lebih cepat dibanding Delta."
"Namun gejala Omicron tidak separah varian Delta dengan sebagian besar pasien tanpa gejala (OTG) dan bergejala ringan," ungkapnya.

Pernyataan ini dibuktikan dari angka keterisian tempat tidur dan isolasi COVID-19 di rumah sakit masih sangat terkendali, dibanding tahun lalu.
Isolasi dan Layanan Telemidisin
Lebih lanjut, bagi masyarakat yang bergejala ringan maupun tanpa gejala, disarankan untuk isolasi mandiri di rumah maupun di isolasi terpusat yang sudah disediakan pemerintah.
Bagi pasien isolasi mandiri di rumah bisa memanfaatkan layanan telemedisin jika tersedia atau melapor ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pemantauan secara medis oleh petugas kesehatan.

"Untuk paket obat pasien isoman, saat ini sudah 95% kita bisa mengantarkan obat ke rumah pasien dalam tempo 1×24 jam, dan sudah mempercepat pengadaan obat bekerjasama dengan Kimia Farma," ujar Prof. Kadir.
Selain meningkatkan layanan obat, pemerintah juga memperkuat tenaga kesehatan guna mengantisipasi kondisi terberat.
Kemenkes telah mempersiapkan kembali perekrutan relawan kesehatan sebagai cadangan tenaga kesehatan di kondisi sulit nanti.
Baca juga: dr. Deborah Sampaikan Cara Membedakan Gejala Flu Biasa dan Covid-19 yang Perlu Dipahami Masyarakat
"Selain melakukan perekrutan, kita juga melakukan pemeriksaan teratur kepada tenaga kesehatan kita."
"Positivity rate tenaga kesehatan kita saat ini di bawah 10 persen. Belum ada nakes yang meninggal sejauh ini akibat COVID-19 varian Omicron karena memang mereka sudah bersiap dan diberikan vaksinasi booster untuk pencegahan."
"Kalaupun terinfeksi, gejalanya ringan atau tanpa gejala," kata Prof. Kadir.
Pemerintah terus mengimbau agar masyarakat mendukung percepatan vaksinasi terutama melengkapi vaksinasi bagi lansia.

Mengingat lansia, orang dengan komorbiditas, maupun yang belum divaksinasi seperti anak-anak rentan untuk bergejala lebih berat saat terinfeksi COVID-19.
Begitu pula dengan memperketat protokol kesehatan, untuk berperan aktif mencegah penularan COVID-19 lebih luas lagi.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)