TRIBUNHEALTH.COM - PPOK adalah singkatan dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Penyakit paru obtruktif kronik yakni peradangan paru-paru yang berkembang dalam jangka panjang.
Kondisi yang paling sering berkembang menjadi PPOK adalah emfisema dan bronkitis kronis.
Penyakit bronkitis kronis terjadi kerusakan pada saluran bronkus dan pada emfisema terjadi kerusakan di alveolus.
Penyakit paru obstruktif kronik paling sering menyerang usia paruh baya yang menjadi perokok berat.
Penyebab dari penyakit paru obstruktif kronik adalah paparan asap rokok dalam jangka waktu yang lama dan polusi.
Baca juga: Waspada, Sering Mengonsumsi Makanan Tinggi Asam Beresiko Menyebabkan Gigi Berlubang
Penyakit paru obstruktif kronik berkembang secara perlahan dan tidak menunjukkan gejala khusus di awal.
Gejala yang dialami akan muncul setelah bertahun-tahun ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru.
Gejala dari penyakit paru obtruktif kronik ialah:
- Sesak nafas
- Batuk berlendir
- Keterbatasan aktivitas
- Mudah lelah
Baca juga: Konsumsi Gula Berlebih Bisa Picu Produksi Asam Lemak dan Sebabkan Peradangan Tubuh
Cara pengobatan penyakit paru obstruktif kronik ialah dengan cara diberikan obat pelega.
Obat pelega termasuk obat untuk melonggarkan saluran nafas.
Tujuan dari pengobatan penyakit paru obstruktif kronik yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup.
Karena kondisi paru-paru sudah mengalami kelinan dan sudah mulai kaku (kurang elastis).
Oleh karena itu sifatnya disebut dengan kronik progresif.
Apabila dengan pengobatan, satu macam obat saja masih ada keluhan maka dokter akan menambahkan obat pelega.
Baca juga: Dokter Spesialis Neurologi, Ermawati: Saraf Kejepit Bisa Terjadi Akibat Aktivitas yang Salah
Tujuan dari penambahan obat pelega adalah agar tercapainya kondisi yang lebih baik.
Penderita penyakit paru obstruktif kronik harus mengonsumsi obat secara rutin untuk mengurangi rasa sesak.
Jika tidak mengonsumsi obat biasanya akan mengganggu aktivitas.
Pengobatan untuk penderita penyakit obstruktif kronik bukan bersifat menyembuhkan tetapi meningkatkan kualitas hidup.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV, bersama dengan dr. Hermawan Setyanto Sp.P. Seorang dokter spesialis paru. Rabu (2/12/2020)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)