TRIBUNHEALTH.COM - Kesuburan adalah suatu indikator pada kemampuan seseorang untuk dapat memimiliki anak.
Untuk mengetahuinya, seseoran dianjurkan untuk melakukan deteksi atau pemeriksaan kesuburan.
Hal ini biasanya dianjurkan saat sepasang kekasih akan menuju jenjang pernikahan.
Baca juga: Pola Hidup Sehat Tidak Menjamin Kesuburan yang Bagus, Begini Penjelasan dr. Rahmawati Sp. And
Namun untuk mendeteksi kesuburan bukan hanya berlaku pada seseorang yang belum menikah, melainkan juga berlaku pada seseorang yang telah menikah dan mempunyai anak.
Terkhusus pada seorang wanita yang telah memiliki anak, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dinda Derdameisya menganjurkan untuk cukup melakukan deteksi kesuburan dengan siklus haid.

"Kalau setelah melahirkan, perempuan gampang sih untuk melihat dia subur atau nggak itu dari siklus haidnya," ujar Dinda dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
Baca juga: Apa Benar Pria yang Menderita Hernia Menjadi Tidak Subur? Begini Tanggapan dr. Andreas Cahyo Nugroho
Maka dari itu, penting bagi seorang perempuan untuk mencatat siklus menstruasinya.
"Jadi menstruasinya berapa hari ini, tanggal berapa, bulan depan tanggal berapa, itu dilihat."
"Rangenya dilihat apakah 21 sampai 35 hari," imbuh Dinda.

Dari pencatatan ini bisa dideteksi ada dan tidaknya gangguan hormon yang dialami oleh seorang perempuan.
Baca juga: dr. Ari Ayat Sp.OG Beberkan Tindakan yang Bisa Mengatasi Nyeri Pinggang saat Menstruasi
Disamping itu, juga penting untuk memperhatikan keluhan yang sering dialami oleh perempuan ketika sedang menstruasi. Misalnya adanya nyeri perut.
Hasil Pemeriksaan Infertilitas Bisa Berubah
Infertilitas merupakan suatu kondisi ketidakmampuan pasangan usia subur untuk hamil atau mempertahankan kehamilannya.
Menurut penjelasan Dinda, hasil pemeriksaan infertilitas pada perempuan memiliki kemungkinan besar untuk bisa berubah.

"Misalnya didiagnosis memiliki Mioma, lalu ada treatment yang kita lakukan."
"Kalau kemudian bisa mengecil dan tidak mengganggu penempelan si calon bayinya, itu bisa hamil," ungkap Dinda.
Baca juga: Mungkinkah Mioma Uteri Menyebabkan Kemandulan? Begini Ulasan Dokter Kandungan
Sehingga segala sesuatu masih bisa diusahakan agar bisa terjadi kehamilan.
Tentunya dianjurkan untuk tetap rutin melakukan pemeriksaan dengan dokter.
Oleh karena itu, ia menghimbau untuk tidak mudah stres apabila terdiagnosa mengalami suatu gangguan, misalnya gangguan hormon.

"Jadi misalnya ada gangguan hormon, sebaiknya jangan stres dulu. Pasti ada jalan keluarnya," pesan Dinda.
Usia Kesuburan Wanita Menurun
Kesuburan adalah faktor penting untuk menentukan seseorang dapat memiliki anak.
Karena itu, banyak orang yang berusaha untuk meningkatkan kesuburannya.
Baca juga: drg. A. Tajrin, M.Kes., Sp.BM (K) Tak Sarankan Melakukan Cabut Gigi saat Hamil, Bisa Pengaruhi Janin
Terutama pada pasangan yang akan atau baru saja menikah.
Namun diketahui, usia kesuburan pada seorang wanita akan mengalami penurunan.

Dinda menyebut usia kesuburan pada seorang wanita menurun pada usia 37 tahun.
Hal ini bisa dilihat dari kualitas sel telur.
"Secara penelitian menyebutkan 37 tahun kualitas sel telur sudah mulai turun," ungkapnya.
Baca juga: Adanya Flek Hitam saat Hamil Akibat Perubahan Hormon, dr. Pratidona Anasika Sebut Bisa Diatasi
Berbeda dengan laki-laki yang tidak memiliki batas usia kesuburan.
Oleh karena itu jika ingin memiliki anak, sebaiknya saat kualitas sel telur dalam kondisi yang sangat bagus. Yaitu sebelum 37 tahun.
Namun bukan berarti setelah usia 37 tahun seorang perempuan akan sulit hamil.

"Jadi kita harus tahu kualitas sel telur, nanti akan menentukan kualitas si embrio atau janin," sambung Dinda.
Baca juga: Beberapa Komplikasi Keguguran Ketika Hamil Muda, Salah Satunya Terjadi Infeksi
Penjelasan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dinda Derdameisya ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, Sabtu (27/3/2021).
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)