TRIBUNHEALTH.COM - Egg freezing atau pembekuan sel telur telah ramai diperbincangkan di Indonesia.
Pasalnya, selebritas Luna Maya dikabarkan telah melakukan prosedur ini.
Lalu apa sebenarnya pembekuan sel telur itu?
Pembekuan sel telur, juga dikenal sebagai kriopreservasi oosit matang, adalah metode yang digunakan untuk menyelamatkan kemampuan wanita untuk hamil di masa depan.
Telur yang diambil dari ovarium dibekukan tanpa dibuahi dan disimpan untuk digunakan dikemudian hari, dilansir TribunHealth.com dari Mayo Clinic.
Telur beku dapat dicairkan, dikombinasikan dengan sperma di laboratorium dan ditanamkan di rahim (fertilisasi in vitro).
Baca juga: Ibu Hamil Membutuhkan Nutrisi Tak Hanya untuk Janin Saja, Tetapi juga Persiapan Persalinan Kelak
Baca juga: Bayi Punya Antibodi Kuat jika Ibu Divaksin Covid-19 saat Hamil

Mengapa pembekuan sel telur dilakukan?
Pembekuan telur mungkin bisa menjadi pilihan jika belum siap untuk hamil sekarang tetapi ingin hamil pada masa mendatang.
Berbeda dengan pembekuan telur yang dibuahi (kriopreservasi embrio), pembekuan telur tidak memerlukan sperma karena telur tidak dibuahi sebelum dibekukan.
Sama seperti pembekuan embrio, pasien harus menggunakan obat kesuburan untuk membuat berovulasi sehingga akan menghasilkan banyak telur untuk diambil.

Pasien mungkin mempertimbangkan pembekuan telur jika:
- Memiliki kondisi atau keadaan yang dapat mempengaruhi kesuburan. Ini mungkin termasuk anemia sel sabit, penyakit autoimun seperti lupus, dan keragaman gender, seperti menjadi transgender.
- Memerlukan pengobatan untuk kanker atau penyakit lain yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk hamil. Perawatan medis tertentu – seperti radiasi atau kemoterapi – dapat membahayakan kesuburan. Pembekuan telur sebelum perawatan mungkin memungkinkan pasien untuk memiliki anak biologis nanti.
- Menjalani fertilisasi in vitro. Saat menjalani fertilisasi in vitro, beberapa orang lebih memilih pembekuan telur daripada pembekuan embrio karena alasan agama atau etika.
- Ingin mengawetkan telur yang lebih muda sekarang untuk digunakan di masa mendatang. Membekukan telur di usia yang lebih muda dapat membantu untuk hamil saat ketika siap.
Pasien apat menggunakan telur beku untuk mencoba mengandung anak dengan sperma dari pasangan atau donor sperma.
Donor dapat diketahui atau anonim.
Embrio juga dapat ditanamkan ke dalam rahim orang lain untuk membawa kehamilan (pembawa kehamilan).
Risiko

Baca juga: Pentingnya Mengetahui Manfaat ASI untuk Kesehatan Ibu dan Pertumbuhan Bayi
Baca juga: Studi Ilmiah Ungkap Perubahan Iklim Berdampak Buruk pada Bayi dan Janin, Sebabkan Kelahiran Prematur
Pembekuan telur membawa berbagai risiko, termasuk:
Kondisi yang berhubungan dengan penggunaan obat kesuburan
Meski jarang, penggunaan obat kesuburan suntik, seperti hormon perangsang folikel sintetis atau hormon luteinizing untuk menginduksi ovulasi, dapat menyebabkan ovarium menjadi bengkak dan nyeri segera setelah ovulasi atau pengambilan sel telur (ovarium hyperstimulation syndrome).
Tanda dan gejala termasuk sakit perut, kembung, mual, muntah dan diare.
Bahkan yang lebih jarang adalah kemungkinan mengembangkan bentuk sindrom yang lebih parah yang dapat mengancam jiwa.
Komplikasi prosedur pengambilan telur
Penggunaan jarum untuk mengambil telur menyebabkan perdarahan, infeksi, atau kerusakan pada usus, kandung kemih atau pembuluh darah.
Namun kasus ini juga jarang terjadi.
Risiko emosional
Pembekuan telur dapat memberikan harapan untuk kehamilan di masa depan, tetapi tidak ada jaminan keberhasilan.
Jika pasien menggunakan telur beku untuk memiliki anak, risiko keguguran terutama akan didasarkan pada usia pasien saat telur dibekukan.
Wanita yang lebih tua memiliki tingkat keguguran yang lebih tinggi, terutama karena memiliki sel telur yang lebih tua.
Penelitian hingga saat ini belum menunjukkan peningkatan risiko cacat lahir pada bayi yang lahir akibat pembekuan sel telur.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan tentang keamanan pembekuan telur.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)