Breaking News:

Setelah Menderita Hipotensi, Mungkinkah Bisa Mengalami Hipertensi?

dr. Tan Shot Yen menjelaskan soal kasus hipotensi pada saat muda, namun menderita hipertensi di hari tua

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Melia Istighfaroh
Freepik
Ilustrasi penderita hipertensi 

TRIBUNHEALTH.COM - Dokter, Filsuf, dan Ahli Gizi Komunitas, dr. Tan Shot Yen berbicara mengenai kasus orang yang mengalami hipotensi saat muda tapi menjadi hipertensi saat dewasa.

dr. Tan Shot Yen tak membenarkan jika hipotensi bisa berubah menjadi hipertensi.

Namun, dia mengatakan bisa saja seorang pasien menderita hipertensi sekunder.

"Begini, sebetulnya bukan masih muda hipotensi," kata dr. Tan Shot Yen dikutip TribunHealth.com dari salah satu sesi Malam Minggu Sehat Tribunnews.

"Mungkin waktu masih muda tensinya normal."

"Nah begitu umur 40, 50, 60, baru merayap (tensinya naik)," kata dokter sekaligus filsuf dan ahli gizi komunitas tersebut.

Baca juga: Sederet Sayur Ini Bisa Bantu Turunkan Tekanan Darah, Cocok untuk Penderita Hipertensi

Baca juga: Pola Hidup Berubah Selama Pandemi, Angka Hipertensi Jadi Meroket pada 2020

Ilustrasi penderita hipertensi
Ilustrasi penderita hipertensi (Freepik)

Terkait kondisi ini, biasanya problemnya adalah hipertensi sekunder.

Berarti artian orang tersebut memiliki pola hidup yang kurang sehat.

Baiknya segera konsultasi dengan dokter jika memiliki masalah hipertensi.

"Mungkin anda akan minum obat. Tapi kalau gaya hidupnya tidak berubah, ya obatnya akan ikut terus," tandasnya.

2 dari 3 halaman

"Problemnya adalah seberapa baik anda bisa mengubah hidup anda, dan anda bisa dipercaya?"

Penyebab Hipertensi

Ilustrasi Hipertensi
Ilustrasi Hipertensi (Pixabay)

Dalam forum yang sama, dr. Tan menjelaskan dua klasifikasi hipertensi.

"Klasifikasi hipertensi itu sebenarnya ada dua. Ada yang kite sebut sebagai primer, ada yang disebut sebagai sekunder," jelasnya.

Hipertensi primer, kata dr. Tan, penyebabnya sulit untuk ditemukan.

"Primer ini hanya Tuhan yang tahu," kata dr. Tan dengan nada bercanda.

"Ini kalau diusust biasanya ngga ketemu. Dengan catatan diusut dokternya sabar ya," lanjutnya.

Primer adalah ketika tidak diketahui penyebab hipertensi itu sendiri, atau disebut juga dengan idiopatik.

Namun, penyebab hipertensi paling banyak adalah yang sekunder.

"Artinya kita ketahui sebabnya. Misalnya nih, gaya hidup. Lebih banyak duduk, ngga olahraga, ngga ngapa-ngapain, kelompok rebahan."

Baca juga: dr. Renan Sukmawan Sebut Hipertensi Bisa Picu Jantung Bengkak, Lama-lama Jantung Bisa Melar

Baca juga: Hipertensi Kerap Tak Disertai Gejala, Pakar Kesehatan Tekankan Pentingnya Kontrol Darah Rutin

Ilustrasi hipertensi
Ilustrasi hipertensi (pixabay.com)
3 dari 3 halaman

Belum lagi ketika orang tersebut memiliki penyakit penyerta, katakanlah diabetes, ginjal, dan lain-lain.

"Ginjal itu besar kontribusinya dalam mengatur darah."

"Gara-gara hipertensi ginjalnya rusak, tapi bisa juga gara-gara ginjalnya bermasalah orangnya jadi hipertensi," jelas dr. Tan.

Kemudian beberapa penyebab hipertensi yang lain adalah gangguan kelenjar tiroid, penyempitan pembuluh darah, obat-obatan, dan lain-lain.

Jika kondisi hipertensi tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin akan memicu sederet komplikasi masalah kesehatan.

(TribunHealth.com/Nur)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comhipotensihipertensiTan Shot YenAhli Gizi
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved