TRIBUNHEALTH.COM - Psikolog Keluarga dan Pendidikan Anak, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. menjelaskan pentingnya pemberian edukasi mengenai body shaming pada usia remaja.
Edukasi ini bukan hanya bisa diberikan pada anak atau siswa melainkan juga pada para orang dewasa, seperti guru.
Sehingga bisa meminimalisir tindakan body shaming terhadap orang lain.
Baca juga: Waspada, Psikolog Sebut Media Sosial Bisa Memicu Perilaku Body Shaming
Orang yang dianggap paling berperan dalam memberikan edukasi ini, ialah orangtua.
"Orangtua sangat penting. Jangan sampai cuek juga, (terutama) ketika anaknya sudah menginjak usia kelas 6 SD," ucap Adib dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth.
Menurutnya, orangtua kadang kala bersikap cuek terhadap perilaku yang dilakukan anak mereka.
Sikap orangtua yang terlalu cuek tersebut bisa membuat anak menjadi korban.
Maka dibutuhkan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak.
Baca juga: dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ: Cara Menangani Body Shaming dan Bullying, Stand Up dan Speak Up
Sehingga ketika anak mendapatkan tekanan dari lingkungan (bullying), anak sudah kuat secara mental.
"Jadi anak nggak mudah baper (terbawa perasaan)," ujar Adib.
Oleh karena itu, orangtua dianjurkan untuk memberikan contoh yang baik.
Selain orangtua, guru juga berperan dalam memberikan edukasi kepada para usia remaja.
Tidak jauh berbeda dengan orangtua, edukasi diberikan untuk membangun para remaja memiliki mental yang kuat.
Mengatasi Body Shaming
Lebih lanjut, Adib menjelaskan cara dalam mengatasi body shaming.
Langkah pertama yaitu bersikap cuek.
Sikap ini menunjukkan seolah-olah tidak terpengaruh dengan perilaku sang pelaku.
Cuek ini dapat ditunjukkan dengan raut muka yang bagus ketika mendapat body shaming dari pelaku.
Cara lain yang bisa dilakukan, yaitu mengajak pelaku bertemu. Cukup berdua saja.
Baca juga: Sering Dianggap Tindakan Biasa, Psikolog Sebut Faktor Penyebab Seseorang Lakukan Body Shaming
"Ketika bertemu berdua itu, kita asertif. 'kamu ingat waktu kejadian kemarin? saya merasa terluka dan kecewa sama kamu lho ketika kamu melakukan body shaming'," jelas Adib.
Dengan begitu, akan muncul tanggapan dari pelaku.
Diharapkan pelaku mengucapkan permohonan maaf dan bisa memberikan edukasi terhadap sikap pelaku tersebut.
Sikap asertif ini tidak harus dilakukan setelah mendapatkan perilaku body shaming pada hari yang sama.
Karena bila dilakukan di waktu yang bersamaan, bisa memicu terjadinya tindakan perlawananan dan bisa menimbulkan pertengkaran.
Baca juga: dr. Zulvia Oktanida Syarif,Sp.KJ: Fondasi Terkuat untuk Membentuk Mental pada Remaja adalah Keluarga
"Nggak ada salahnya dilakukan di hari lain. Diajak bertemu atau ditelfon."
"Sehingga si pelaku akhirnya peduli dan peka," sambung Adib.
Mengingat terkadang pelaku tidak merasa bersalah, lantaran tidak diingatkan oleh orang lain. Maka pelaku merasa nyaman saja.
Kondisi ini sering sekali terjadi pada tindakan body shaming.
Baca juga: Psikolog Jelaskan Kekerasan pada Anak Memiliki Dampak Berkepanjangan dan Mempengaruhi Sikap Anak
Penjelasan Psikolog Keluarga dan Pendidikan Anak, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth, Jumat (9/12/2021).
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)